Sabtu 27 May 2023 03:54 WIB

Akademisi: Mahasiswa tak Harus Buat Skripsi untuk Jadi SDM Unggul

Karena tidak semua mahasiswa bercita-cita menjadi peneliti maupun akademisi.

Universitas Muhammadiyah Palangka Raya. Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR), Farid Zaki, mengatakan, mahasiswa tak harus membuat atau menghasilkan skripsi untuk menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
Foto: Youtube
Universitas Muhammadiyah Palangka Raya. Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR), Farid Zaki, mengatakan, mahasiswa tak harus membuat atau menghasilkan skripsi untuk menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR), Farid Zaki, mengatakan, mahasiswa tak harus membuat atau menghasilkan skripsi untuk menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.

"Skripsi tidak harus menjadi syarat utama, karena tidak semua mahasiswa bercita-cita menjadi peneliti maupun akademisi," kata Zaki di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Jumat (26/5/2023).

Baca Juga

Menurut kandidat doktor ini, semangat zaman dan perubahan dunia kerja serta perkembangan teknologi yang nyata, mendorong cita-cita mahasiswa untuk menjadi aktor praktisi yang andal di berbagai sektor tidak terelakkan. Oleh karena itu, nuansa pendidikan mahasiswa di era sekarang perlu diperkuat dengan terobosan dalam metode pembelajaran yang mampu mensinergikan ilmu murni dengan ilmu terapan.

"Ini agar para mahasiswa melintasi dan melampaui zaman," ujar dia.

Selain itu, juga perlu ekosistem dan iklim mampu yang mendorong nuansa adaptasi terhadap perubahan. Selain itu, mahasiswa senantiasa didorong untuk membuat karya dan kekayaan intelektual.

"Bisa saja berbentuk puisi, komik, lagu, cerpen, jurnal ilmiah, buku populer, podcast, pidato, novel, naskah film, cinematografi yang selaras dan bercita rasa dengan prodinya masing-masing," kata dia.

Menurut dia, keadaan itu penting agar alumni punya nilai tambah dan nilai tawar agar tidak gagap memasuki dunia kerja yang penuh ketidakpastian. Apalagi, kata dia, perkembangan dunia kerja dan teknologi berdampak pada hampir semua sektor yang menjadi pertanda mesin akan bisa menggantikan manusia dalam beberapa pekerjaan.

"Untuk itu, mahasiswa zaman sekarang perlu dibudidayakan untuk mendobrak sekat-sekat keilmuan dengan mencoba hal-hal baru di luar arus utama yang ada," kata dia.

Ke depan, juga perlu dibuat skema magang lintas keilmuan. Semisal mahasiswa kesehatan, pertanian, pendidikan magang di Komisi Pemilihan Umum (KPU), legislatif, parpol dan sebagainya. Mahasiswa sospol magang di lini-lini ekonomi kreatif, mahasiswa pertanian magang di inkubator ekonomi atau UMKM dan mahasiswa agama Islam di lembaga teologi lintas agama. Menurut Zaki, kondisi tersebut akan menjembatani mahasiswa menuju ekosistem keilmuan lintas batas yang bertujuan melahirkan inovasi dan imajinasi bahkan profesi tanpa batas.

Namun, yang menjadi pekerjaan bersama adalah memberikan penguatan dan standar kaidah saintifik pada produk-produk alternatif di luar skripsi. Seperti karya intelektual maupun artikel jurnal mahasiswa. Kemudian kekayaan-kekayaan intelektual lainnya juga perlu diperkuat pada aspek orisinalitas sehingga layak didaftarkan sebagai HAKI maupun paten.

 

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement