Senin 22 May 2023 12:01 WIB

Pengamat: Ganjar Kehilangan Wibawa Ketokohan Akibat Keterlibatan Jokowi dan Megawati

Kehilangan ketokohan ini dinilai membuat relawan Jokowi lebih mendukung Prabowo.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus raharjo
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (tengah) bersama Presiden Joko Widodo, Ketua DPR Puan Maharani, Ganjar Pranowo dan Prananda Prabowo berfoto bersama saat deklarasi Calon Presiden dari PDIP di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/4/2023). PDIP resmi mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai Capres pada Pemilu 2024.
Foto: Agus Suparto
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (tengah) bersama Presiden Joko Widodo, Ketua DPR Puan Maharani, Ganjar Pranowo dan Prananda Prabowo berfoto bersama saat deklarasi Calon Presiden dari PDIP di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/4/2023). PDIP resmi mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai Capres pada Pemilu 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Dedi Kurnia Syah membandingkan sosok ketokohan bakal calon presiden (bacapres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan, dengan bacapres dari PDIP Ganjar Pranowo dalam pencapresannya. Dedi menilai, dalam proses pengusungan Ganjar, sejak awal gubernur Jawa Tengah itu tidak terlalu terlibat.

Menurut dia, sosok Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo yang justru paling tampak dan terlibat. "Ganjar kehilangan wibawa ketokohan dalam proses pengusungannya karena terlalu dalamnya keterlibatan Jokowi dalam menentukan pencapresan Ganjar sehingga Ganjar hanya dianggap sebatas wayang, tidak memiliki keputusan kecuali hanya patuh dan tunduk pada instruksi Jokowi atau Megawati," ujar Dedi dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Senin (22/5/2023).

Baca Juga

Karena itu, Dedi menilai kehilangan tokoh kewibawaan ini yang memungkinkan jadi alasan relawan Jokowi tidak mendukung Ganjar, justru mendukung Prabowo. Manuver yang dilakukan relawan Jokowi ini terbaru dilakukan oleh Relawan Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming di Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim) menyusul relawan Jokowi Mania yang lebih awal meninggalkan Ganjar.

"Ada dua hal memungkinkan sedang terjadi, pertama: relawan Jokowi tidak terakomodasi oleh PDIP dalam pengusungan Ganjar, atau Ganjar kehilangan wibawa ketokohan dalam proses pengusungannya," ujarnya.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini melanjutkan, hal ini berbeda dengan Anies Baswedan yang didukung koalisi KPP, yakni Nasden, PKS, dan Demokrat. Meski diusung koalisi yang terhitung masih baru, ketiga partai ini memberikan keleluasaan kepada Anies untuk menjaga ketokohannya.

"Faktanya Anies tetap mandiri dan ketokohannya terjaga. Hal ini misalnya ia diberi keleluasaan menentukan cawapres, termasuk secara langsung mengendalikan tim kecil koalisi, bahkan tidak ada ketua umum partai yang dikesankan mendikte Anies," ujarnya.

Kondisi tersebut, kata dia, berbeda dengan Ganjar yang sejak awal dideklarasikan sebagai petugas partai oleh PDIP sebagai partai pengusungnya. "Berbeda dengan Ganjar yang sejak semua dideklarasikan sebagai petugas partai, dan lebih buruk lagi, semua ditentukan oleh Megawati dan Jokowi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement