Sabtu 17 Dec 2022 16:24 WIB

KPK Akui tak Bisa Sembarangan Ambil Alih Kasus Tambang Ilegal

Ada syarat-syarat yang ditentukan UU KPK untuk mengambilalih perkara.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Indira Rezkisari
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata menjelaskan KPK tidak bisa serta merta mengambil alih suatu kasus, misalnya kasus tambang ilegal yang sedang hangat diperbincangkan.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata menjelaskan KPK tidak bisa serta merta mengambil alih suatu kasus, misalnya kasus tambang ilegal yang sedang hangat diperbincangkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengakui tidak bisa sembarangan mengambilalih suatu perkara yang sedang ditangani oleh aparat penegak hukum (APH) lainnya. Termasuk pengusutan kasus dugaan suap tambang batu bara ilegal di Kalimantan Timur yang menjerat Ismail Bolong.

"KPK tidak bisa langsung mengambilalih perkara yang ditangani oleh APH lain," kata Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata, Sabtu (17/12/2022).

Baca Juga

Alex menjelaskan, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mengambilalih penanganan suatu kasus. Ia mencontohkan, salah satunya adalah pengusutan kasu yang dinilai berlarut-larut.

"Ada syarat-syarat yang ditentukan UU KPK untuk mengambilalih perkara. Misalnya, penanganan perkara berlarut-larut, melindungi pelaku sebenarnya, (dan) ada dugaan korupsi dalam penanganan perkara," jelas dia.

Sebelumnya, Pengacara Johanes Tobing mengungkapkan status hukum kliennya, Ismail Bolong sudah resmi menjadi tersangka. Status hukum terhadap mantan Sat Intel Polres Samarinda itu, terkait dengan penyidikan usaha pertambangan batubara ilegal.

"Jadi secara jujur kami sampaikan, bahwa memang Pak IB (Ismail Bolong) ini, sudah resmi jadi tersangka. Dan kami sampaikan juga, bahwa Pak IB ini, memang sudah resmi ditahan juga,” kata Johanes saat ditemui wartawan di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, pada Rabu (7/12/2022).

Johanes menerangkan, status tersangka yang ditetapkan terhadap kliennya, bukan terkait dengan dugaan suap, ataupun gratifikasi yang menyeret nama Kabareskrim Komisaris Jenderal (Komjen) Agus Andrianto. Ismail Bolong, kata Johanes, juga sudah dalam tahanan di Bareskrim Mabes Polri, sejak Selasa (6/12/2022) malam.

"Kami sekaligus mengklarifikasi, bahwa status tersangka terhadap Pak IB ini terkait dengan penyidikan proses perizinan pertambangan. Ini kami klarifikasi menanggapi pemberitaan selama ini terkait dengan (dugaan) pemberian (suap, dan garitifikasi) kepada petinggi Polri," ujar Johanes menambahkan.

Dalam penyampaian resmi, kata Johanes, ada empat hal yang disampaikan Ismail Bolong kepada tim pengacara untuk disampaikan kepada media. Pertama terkait dengan perkara yang menderanya saat ini. Yaitu menyangkut soal penyidikan Pasal 158, 159, 161, tentang pertambangan ilegal, dan perindustrian.

Kedua kata Johanes, Ismail Bolong mengklarifikasi isu tentang uang-uang setoran, dan bagi hasil tambang batubara ilegal yang menyeret para perwira tinggi di Polri di Mabes Polri. Termasuk terhadap Komjen Agus. Menurut Johanes, kliennya menjelaskan, tak pernah bertemu dengan Kabareskrim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement