REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (PP GPII) mengecam tindakan bom bunuh diri di Markas Polsek Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/12/2022) sekitar pukul 08.20 WIB. Saat itu, sejumlah aparat kepolisian dalam persiapan akan apel pagi.
Secara tiba-tiba, terduga pelaku bom bunuh diri Agus Sujatno datang mengendarai sepeda motor dan mendekati sejumlah anggota. Kemudian bom meledak secara mendadak, menewaskan pelaku Agus. Korban meliputi 10 anggota polisi dan satu warga sipil. Nahas, ada satu anggota polisi korban meninggal dunia bernama Ajun Inspektur Satu Sofyan.
"PP GPII pertama sekali sangat berduka dari hati yang amat dalam atas tindakan keji teror bom bunuh diri di Polsek Astanaanyar Bandung. Kami berdoa semoga korban meninggal dunia dalam keadaan husnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran," kata Ketua PP GPII, Ismail dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (10/12/2022).
Ismail mengatakan, aksi bom bunuh diri adalah kejahatan kemanusiaan yang biadab. Dia menuding, terorisme adalah ideologi kejahatan dan kekerasan. Terorisme tidak ada kaitannya dengan agama mana pun. "Tidak ada agama yang mengajarkan teror dan kekerasan, apalagi membunuh orang lain yang tidak bersalah," ucap Ismail.
Dia menilai, aksi tebar ketakutan dan kekerasan melalui tindak bom bunuh diri ini berulang kali dilakukan oleh para penjahat terorisme melalui pesan di lokasi kejadian. Salah satu diantaranya adalah markas kepolisian. Lokasi tersebut merupakan lokasi yang dianggap strategis untuk menebarkan ketakutan.
Sejarah mencatat, pada Mei 2018 terjadi serangan bom bunuh diri di Markas Polrestabes Surabaya. Pada 2017, ada aksi teror penusukan terhadap personel di Mapolda Sumatra Utara dan terhadap personel kepolisian di Masjid Falatehan, Kebayoran Baru, yang berjarak sangat dekat dari gedung Mabes Polri.
"Sebelumnya juga tahun 2011 yang lalu, ada kejadian aksi bom bunuh diri di Mapolres Surakarta. Serangan ini juga dilancarkan pelaku di Masjid yang berada di Markas Kepolisian Resor Cirebon Kota," kata Ismail.
PP GPII pun mendukung penuh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk memimpin dan mengusut secara tuntas sampai ke akar-akarnya kasus teror bom bunuh diri pada Polsek Astanaanyar. "Kapolri harus dapat mengungkap dalang dan aktor utamanya. Membongkar habis seluruh sel jaringan mereka (teroris) secara komprehensif," ujar Ismail.
Ismail juga menyinggung peran BNPT melakukan deradikalisasi terhadap eks narapidana terorisme. Untuk itu, PP-GPII mendorong sinergisitas antar lembaga tetap solid dan bergotong-royong dalam penanggulangan radikalisme terorisme dari hulu ke hilir. "Seperti kolaborasi antara BNPT, Polri, BIN, Bais TNI, dan lainnya," kata Ismail.