Senin 10 Oct 2022 13:31 WIB

Partai Buruh Minta Menteri tak Buat Narasi Menakutkan Soal Ancaman PHK dan Resesi

Partai Buruh nilai menteri seharusnya menjaga optimisme para pekerja.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Indira Rezkisari
Presiden Partai Buruh Said Iqbal  mengecam keras cara pemerintah menebar rasa takut kepada kaum buruh terkait resesi global tahun depan..
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengecam keras cara pemerintah menebar rasa takut kepada kaum buruh terkait resesi global tahun depan..

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, merespons pernyataan sejumlah menteri terkait ancaman resesi di tahun 2023. Partai Buruh mengecam keras cara pemerintah menebar rasa takut kepada kaum buruh.

"Hentikan kalimat ‘kebohongan’ dan ‘provokatif’ yang menyatakan ancaman resesi akan menimbulkan dampak serius," kata Said dalam keterangan tertulisnya, Senin (10/10/2022).

Baca Juga

Said Iqbal tidak menampik tentang kemungkinan akan adanya resesi global tersebut. Dia menegaskan, tugas para menteri seharusnya menumbuhkan optimisme dan melakukan langkah-langkah pencegahan agar tidak terjadi resesi.

"Para menteri yang menyatakan ancaman di depan mata adalah provokatif dan menimbulkan monster ketakutan bagi kaum buruh dengan momok monster PHK. Oleh karena itu, Partai Buruh mengecam keras kalimat yang pesimis yang bertentangan dengan sikap Presiden Jokowi yang menyuarakan optimisme," tegasnya.

Menurutnya, ancaman resesi yang sudah di depan mata menunjukkan bahwa omnibus law UU Cipta Kerja telah gagal memenuhi janjinya. Katanya akan tercipta lapangan kerja dan perekonomian semakin membaik. Nyatanya semua janji itu jauh panggang dari api.

“Kenaikan harga BBM menyebabkan kenaikan harga barang, dan ditambahkan tidak adanya kenaikan upah membuat daya beli jatuh. Jatuhnya daya beli mengakibatkan turunnya tingkat konsumsi yang berdampak pada melemahnya pertumbuhan ekonomi. Inilah yang justru memicu terjadinya PHK," ujarnya.

Untuk menyuarakan tuntutannya, Partai Buruh bersama elemen kelas pekerja akan melakukan unjuk rasa 50 ribu buruh di Istana Negara pada tanggal 12 Oktober 2022. Massa aksi di Istana berasal dari  Banten, Jawa Barat, dan DKI. Tidak hanya itu, pada saat yang sama, aksi juga dilakukan di 31 provinsi yang lain, dengan titik aksi di kantor gubernur masing-masing provinsi.

"Dalam aksi ini, setidaknya ada 6 tuntutan yang akan diusung. Selain menolak PHK, buruh juga menyuarakan penolakan terhadap kenaikan harga BBM, tolak omnibuslaw UU Cipta Kerja, Naikkan UMK/UMSK tahun 2023 sebesar 13 persen, wujudkan reforma agraria, dan sahkan RUU PRT," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement