REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menyatakan, matinya ikan-ikan di Sungai Cikaniki, Kabupaten Bogor terjadi karena aliran sungai itu tercemar sianida, jenis bahan kimia yang sangat berbahaya. Pencemaran sianida itu terdeteksi tak jauh dari lokasi penambangan emas BUMN, PT Aneka Tambang (Antam).
"Cikaniki yang Antam, ini kira-kira area yang tercemarnya itu 5 kilometer sebelah hilir dari Antam. Memang hasil pengambilan sampel KLHK, itu menunjukkan nilai sianida di beberapa titik melebihi baku mutu air kelas 2," kata Siti dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (28/3).
Siti mengatakan, pihaknya kini sedang melengkapi data-data terkait kasus ini untuk selanjutnya ditindaklanjuti. "Kami akan segera inventarisir beban pekerjaan rumah yang harus segera kami selesaikan," ujar dia.
Pada Rabu (2/2/2022), sejumlah ikan mati mendadak di aliran Sungai Cikaniki. Sepekan berselang, PT Antam Tbk merilis keterangan resmi terkait pencemaran ini.
Sekretaris Perusahaan Antam Yulan Kustian mengatakan, pihaknya telah melakukan inspeksi di semua fasilitas dan titik-titik penaatan penambangan Antam. Hasilnya, tidak ditemukan aliran yang melebihi ambang batas atau kerusakan sistem pengelolaan lingkungan di wilayah operasi Antam yang berada di Pongkor.
Yulan juga mengklaim tidak ada kebocoran pipa-pipa saluran, tailing dam, ataupun fasilitas pengolahan air IPAL milik Antam. Dia mengeklaim, Antam mengedepankan best mining practice.
Antam juga selalu mengutamakan pengelolaan lingkungan sesuai dengan standar baku yang ditentukan dan secara berkelanjutan melakukan upaya-upaya pelestarian lingkungan di sekitar wilayah operasi perusahaan.