REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Plt Bupati Tulungagung, Maryoto Bhirowo menegaskan komitmennya untuk terus mendukung optimalisasi penanggulangan bahaya penyakit HIV/AIDS. Saat ini angka orang yang hidup dengan HIV/Aids di Tulungangung telah menembus angka 2.246 jiwa.
"Saya sudah instruksikan kepada jajaran Dinkes bekerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS(KPA) dan pemangku kepentingan terkait untuk mengambil langkah-langkah terbaik guna menanggulangi bahaya persebaran virus HIV/AIDS," katanya kepada wartawan di Tulungagung, Senin (3/12).
Komitmen Maryoto itu dia tunjukkan dengan cara hadir pada acara sarasehan memperingati Hari AIDS se-Dunia pada 1 Desember 2018. Menurut dia, lonjakan kasus penularan HIV/AIDS di daerahnya lebih banyak disebabkan perilaku seks bebas.
"Segala upaya yang dilakukan itu perlu dukungan semua pihak, baik keluarga, masyarakat maupun para alim-ulama untuk pembinaan mental dan spiritual mereka," katanya.
Sementara itu, Kepala seksi Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Tulungagung Didik Eka menambahkan, temuan kasus orang dengan (penderita) HIV/AIDS di kota marmer pada 2018 bertambah 213 ODHA. Jika dikumulatif dari 2006, maka total sebanyak 2084 ODHA. Sedangkan jumlah ODHA yang meninggal sejauh ini tercatat sebanyak 383 jiwa.
Total jumlah ODHA yang teridentifikasi Dinkes dan KPA Tulungagung saat ini terhitung dari 2006 hingga Oktober 2018. Ada beberapa ODHA yang belum ditemukan pada tahun-tahun sebelumnya, dan baru ditemukan sekarang. Jadi jumlahnya juga meningkat," katanya.
Dengan adanya temuan-temuan ini, Didik berharap akan memudahkan petugas kesehatan dalam melakukan pemantauan untuk menjaga kualitas hidup ODHA. Masalahnya, ODHA yang saat ini telah teridentifikasi didominasi oleh usia produktif, yakni 25 hingga 29 tahun.
Dengan gaya hidup bebas pada era sekarang ini menjadi salah satu penyebab laju penularan kian virus HIV kian cepat. "Usia produktif masih mendominasi, pengaruh gaya hidup seperti seks bebas masih menjadi faktor penularan utama," ujarnya.
Didik menuturkan, hubungan seksual yang tidak terproteksi masih mendominasi penularan HIV/AIDS, yakni sebesar 97 persen. Sedangkan dua persen ditularkan dari ibu hamil kepada anak, dan satu persen karena penggunaan jarum suntik secara bergantian.
Untuk menekan angka ODHA agar tidak meningkat, dan agar ODHA tetap dapat survive, berbagai upaya dilakukan pihak Dinkes. Misalnya, pemberian obat antiretroviral (ARV), program perawatan dukungan dan pengobatan (PDP) di puskesmas dan rumah sakit, menyediakan fasilitas tes HIV di seluruh puskesmas dan rumah sakit, serta melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah.
"Memang tetap diperlukan kesadaran masyarakat untuk memutus rantai agar jumlah ODHA tidak bertambah,"