Jumat 25 Jul 2025 14:30 WIB

Kasus HIV di Kota Semarang Didominasi Kelompok Homoseksual

Kasus infeksi HIV di kalangan homoseksual meningkat selama dua tahun terakhir.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Mas Alamil Huda
Lonjakan Penularan HIV pada Homoseksual.
Foto: Republika
Lonjakan Penularan HIV pada Homoseksual.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Semarang M Abdul Hakam mengatakan, selama dua tahun terakhir, kasus infeksi HIV yang tercatat di kotanya didominasi kelompok homoseksual. Hal itu terdeteksi karena Dinkes Kota Semarang selalu berusaha meningkatkan upaya skrining pada kelompok-kelompok rentan terinfeksi HIV.

Abdul menerangkan, secara umum, penemuan kasus positif HIV di Kota Semarang menunjukkan tren penurunan. "Pada 2023 tercatat 719 kasus, 2024 sebanyak 680 kasus, dan 2025 ini sudah 294," ungkapnya kepada Republika, Jumat (25/7/2025).

Baca Juga

Dia menambahkan, berdasarkan kasus-kasus tersebut, LSL (lelaki seks dengan lelaki) atau homoseksual menjadi kelompok tertinggi yang terinfeksi. "LSL paling tinggi, tapi saya tidak tahu persentasenya. Abis itu (yang tertinggi) di kelompok TBC," kata Abdul.

Menurut Abdul, kasus infeksi HIV di kalangan homoseksual meningkat selama dua tahun terakhir. Dia mengungkapkan, Dinkes Kota Semarang memang berusaha meningkatkan pemeriksaan atau skrining di kelompok-kelompok rentan terinfeksi HIV. "Kan kita punya target, misalnya di kelompok-kelompok rentan, ibu hamil. Jadi kita targetnya ada," ucapnya.

Karena kasus HIV tertinggi di Kota Semarang terdapat pada kalangan homoseksual, Abdul mengingatkan mereka tentang pentingnya melakukan pemeriksaan. Dia mengungkapkan, saat ini Dinkes Kota Semarang memiliki 21 titik layanan bagi mereka yang hendak melakukan pemeriksaan atau pengecekan infeksi HIV.

Selain itu, Abdul mengatakan, Dinkes Kota Semarang juga rutin mengunjungi tempat-tempat seperti karaoke, panti pijat, hotel, hingga kos-kosan. Hal itu menjadi bagian dari upaya screening kasus HIV.

Abdul pun menekankan pentingnya upaya pencegahan. "Jangan lupa pemakaian PreP (pre-exposure prophylaxis). Pasangan dari mereka (homoseksual) itu bisa mengonsumsi PreP, karena di sini kita bisa menurunkan penyebaran yang cukup signifikan," kata Abdul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement