REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Paramadina Toto Sugiarto mengatakan PDIP belum tentu mau menerima Partai Demokrat, kalau mereka mau bergabung dengan koalisi pemerintah di Pilpres 2014.
Toto menilai Partai Demokrat saat ini mempunyai dua pilihan terkait Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Pilihan pertama yakni mendukung Joko Widodo menjadi Presiden kembali atau merapat ke koalisi partai oposisi pemerintah.
"Bagi saya, pilihan Demokrat saat ini, apakah bergabung dengan partai pendukung pemerintah atau ke partai oposisi yaitu Gerindra dan PKS," kata dia kepada Republika.co.id, Sabtu (3/3).
Meski begitu, kalaupun ada keinginan bergabung dengan koalisi pendukung Jokowi, bukan berarti bisa langsung diterima PDIP sebagai parpol pengusung Jokowi dan juga parpol pendukung Jokowi lainnya. Sebab, PDIP dan parpol pendukung Jokowi pun akan mempertimbangkan matang-matang kerugian dan keuntungan jika Demokrat masuk ke koalisi.
Selain itu, menurut Toto, sangat sulit bagi Demokrat untuk membuat poros baru dalam kontestasi Pilpres 2019, dengan mengusung calonnya sendiri. Sebab, butuh upaya untuk merangkul partai-partai yang saat ini sudah jelas arah dukungannya ke mana.
"Posisi Demokrat berkali-kali disebut sebagai partai penyeimbang, ini tentu menunjukkan keinginan Demokrat membuat poros baru, tapi karena ada persyaratan di Pilpres yang sangat berat dan kondisi perpolitikan terakhir, tentu akan ada pertimbangan baru apakah mungkin Demokrat berdiri sendiri," kata dia.
Tak hanya itu, Toto mengatakan, menjadi langkah yang kurang strategis jika Demokrat membuat poros baru. "Dari sisi persyaratan di Pilpres, Demokrat enggak mungkin mencalonkan sendiri dan sepertinya kurang strategis kalau berdiri sendiri," paparnya.