Senin 15 Aug 2016 09:04 WIB

Soal Kewarganegaraan Arcandra, Politisi PAN: Kita Butuh Dia

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Achmad Syalaby
 Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR Supratman Andi Agtas (tengah) berbincang bersama Wakil Ketua Baleg DPR Totok Daryanto (kanan) saat berlangsungnya rapat harmonisasi RUU tentang KPK bersama Badan Legislasi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (1/
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR Supratman Andi Agtas (tengah) berbincang bersama Wakil Ketua Baleg DPR Totok Daryanto (kanan) saat berlangsungnya rapat harmonisasi RUU tentang KPK bersama Badan Legislasi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (1/

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR RI Totok Daryanto menilai tidak bijak jika semua pihak mempersoalkan kewarganegaraan Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Arcandra Tahar. Dia menjelaskan, Arcandra merupakan asli kelahiran Minang yang berarti asli putra Indonesia. 

"Dia anak hebat jenius, kita butuh orang seperti dia. Andaikan benar dia status resminya warga negara asing, menurut saya kita perlu bujuk dia agar mau kembali menjadi WNI," ujar Totok, Senin (15/8). 

Menurut Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini, Indonesia membutuhkan anak-anak bangsa yang hebat seperti Arcandra. Pemerintah hendaknya mengajak orang-orang seperti Arcandra agar 'pulang' dan mengajaknya membangun negeri yang sedang terpuruk ini. 

Polemik tentang Arcandra, kata Totok, jangan menjebak publik dalam kegenitan politik. Menurut dia, seyogyanya semua pihak meletakkannya dari perspektif kepentingan Indonesia. Apakah Indonesia butuh orang seperti Arcandra ataukah tidak untuk mengembangkan industri migas.

"Apabila jawabannya tidak, mari persoalkan ramai-ramai dan kita dongkel posisinya, tetapi kalau jawabannya kita butuh dia, apa pun statusnya kita harus berjuang mengusahakan agar status kewarganegaraannya resmi sebagai WNI," ujar Totok.

Menurut dia, Arcandra sudah menunjukkan iktikadnya untuk mau berjuang bersama Indonesia membangun negeri yang centang perentang urusan migasnya akibat diurus oleh orang-orang yang tidak profesional. Totok mengatakan ketika Arcandra mengambil keputusan menerima tawaran Presiden untuk menjadi pembantunya, sesungguhnya Arcandra telah berkorban, karena pastilah hidup di AS secara materi lebih enak baginya dengan memegang beberapa hak paten yang komersial. 

Sementara di sini, dia menjelaskan, sebagian besar rakyat frustrasi melihat sektor migas Indonesia amburadul. Jika kehadiran Arcandra tidak membawa pengaruh kemajuan signifikan, dia akan dihujat orang dari Sabang sampai Merauke. "Mari kita berempati dan meletakkan kepentingan Indonesia di atas segala-galanya," kata Totok.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement