Sabtu 05 Mar 2016 20:40 WIB

Warga Bali Ramai-Ramai Tolak Reklamasi Teluk Benoa

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Achmad Syalaby
Pengunjuk rasa meneriakkan yel-yel menolak rencana revitalisasi Teluk Benoa dalam aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Jumat (29/1).  (Antara/Nyoman Budhiana)
Pengunjuk rasa meneriakkan yel-yel menolak rencana revitalisasi Teluk Benoa dalam aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Jumat (29/1). (Antara/Nyoman Budhiana)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Gerakan masyarakat Bali menolak reklamasi Teluk Benoa semakin meluas. Setelah warga Gianyar, Kuta dan masyarakat Teluk Benoa, kini penolakan datang dari warga Sanur, Denpasar.

Penolakan rencana rekalamasi dilakukan Sabtu (5/3), dengan memasang Baliho berukuran besar di empat titik di wilayah Sanur. Baliho itu intinya memuat tulisan yang berisikan penolakan terhadap rencana PT TWBI mengelola teluk yang terletak di bagian bawah Pulau Bali.

"Sesuai dengan hasil paruman tiga desa adat di Sanur yang menyatakan menolak dengan tegas reklamasi Teluk benoa, maka kami semeton mendukung hasil paruman itu," kata Nyoman Sarji selaku Kelian Banjar Sindu kelod di sela-sela pemasangan baliho.

Sebagai bukti dari dukungan terhadap hasil paruman itu, kata Sarji, warga masyarakat Sanur memasang baliho dengan dana swadaya. Empat titik yang dipasangi baliho penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa yakni perempatan menuju Pantai Bali Beach, perempatan Pantai Sanur Beach, Banjar Sindu dan Betngandang.

Ada pun tiga Desa Adat yang menolak rencana reklamasi yakni, Desa Intaran, Desa Penyaringan dan Desa Sanur Kaja. Dalam mengambil keputusannya, ketiga desa  secara resmi menggelar paruman adat dan memutuskan untuk menolak reklamasi Teluk Benoa.

Penolakan desa adat di Sanur terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa adalah menginginkan adanya pemerataan pembangunan, dimana pembangunan tidak hanya berpusat di Bali bagian selatan saja. Tak hanya itu, faktor utama kekhawatiran warga adalah ancaman abrasi. Dimana sebelumnya Sanur telah terkena abrasi setelah dilakukannya reklamasi terhadap kawasan Pulau Serangan.

 "Beruntung kami mendapatkan bantuan dana ari Jepang utuk membangun tanggul-tanggul pemecah ombak," kata salah seorang tokoh masyarakat Sanur, Ida Bagus Wasika Parbawa.

Aksi penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa dimulai pukul 16.00 wita. Warga dari berbagai banjar di Sanur, bergerak bersama-sama menuju titik-titik pemasangan baliho.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement