Jumat 13 Nov 2015 15:38 WIB

Kemenkes: Dr Andra Sempat Demam Sebelum Berangkat ke Dobo

Rep: c36/ Red: Karta Raharja Ucu
Suasana penyerahan jenazah Dionisius Giri Samudera ke pihak keluarga di Bandra Soekarno Hatta, Jumat (13/11).
Foto: Istimewa
Suasana penyerahan jenazah Dionisius Giri Samudera ke pihak keluarga di Bandra Soekarno Hatta, Jumat (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Kepala Biro Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Pattiselano Robert Johan mengatakan , dokter Dionisus Giri Samudra atau dokter Andra sempat menderita demam sebelum berangkat ke tempat tugas di Dobo, Kapupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Meski sakit, Andra tetap berangkat pada 4 Oktober.

"Dokter Andra sempat mendapat izin untuk pulang ke Jakarta pada akhir Oktober, sekitar dua pekan.

Saat akan kembali ke Dobo, dia dalam kondisi demam. Dia tetap berangkat karena bertanggung jawab kepada tugas," jelas Robert kepada wartawan usai serah terima jenazah dokter Andra di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (13/11).

Andra, kata Pattiselano, sempat menempuh perjalanan menggunakan kapal barang akibat tertinggal jadwal keberangkatan kapal feri. Selama di kapal barang itulah kondisi tubuhnya kian menurun. Dokter Andra menjalani perjalanan selama 12 jam menggunakan kapal barang. Dua rekannya merawat dokter berusia 24 tahun itu hingga sampai di RSUD Cendrawasih Dobo.

Pada 10 November, dokter Andra dipindahkan ke ICU RSUD Cendrawasih agar mendapat penanganan intensif oleh tim dokter spesialis. Sebab, saat itu kondisi tubuhnya kian menurun.

(Baca Juga: Surat Terbuka Kalangan Dokter untuk Presiden Jokowi)

Robert mengatakan para dokter yang merawat Andra sebelumnya sempat ingin membawanya ke Jakarta. Namun, minimnya transportasi membuat rencana tersebut terhambat. Penyebabnya karena penerbangan dari Dobo ke Jakarta tidak ada. Agar bisa dievakuasi menggunakan pesawat terbang, dokter Andra harus dibawa ke Kota Tual menggunakan jalur laut. Sementara untuk menjalankan evakuasi menggunakan jalur laut, kondisi dokter Andra saat itu tidak memungkinkan.

"Jika tetap dibawa menggunakan jalur laut, dikhawatirkan kondisi kesadarannya menurun. Saat itu dia sudah pakai alat bantu pernafasan," kata Robert.

Saat itu pertolongan terbaik hanya bisa dilakukan dengan pesawat TNI. Sayangnya, menurut Pattiselano, saat itu pesawat tengah mengalami gangguan teknis.

(Baca Juga: Sulit Dievakuasi, Dokter PTT Meninggal di Kepulauan Aru)

Robert menuturkan, Kemenkes akhirnya mengupayakan bantuan pesawat dari Timika, Papua. Namun, saat persiapan pesawat tersebut nyawa dokter Andra sudah tidak tertolong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement