REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesian Police Watch (IPW) meminta polisi Yogyakarta untuk transparan terkait biaya pengawalan konvoi motor gede (moge).
Hal itu terkait insiden pesepeda yang memprotes ulah pengendara moge karena melanggar aturan lalu lintas.
Ketua IPW Neta S Pane kecewa dengan pengendara motor yang dikawal oleh polisi melanggar aturan lalu lintas di Jogja. Neta pun sangat menyayangkan sikap polisi yang berdiam diri terkait hal tersebut.
Neta pun menantang polisi patroli pengawal di Jogja untuk membuka secara transparan berapa biaya pengawalan konvoi moge tersebut.
"Bila mau jujur, berani tidak mereka secara transparan membuka biaya untuk dapat melindungi rombongan moge itu," kata Neta di Jakarta, Senin (17/8).
IPW juga meminta Polri untuk bertindak adil, tidak diskriminatif dan tidak membela arogansi pengendara moge.
"Jangan hanya karena misalnya, ada biaya pengawalan mereka dibela," ujar Neta.
IPW pun sangat menyayangkan sikap polisi yang tidak peka. Menurut IPW elit-elit Polri hanya menyalahkan pengendara sepeda seperti yang tertera dalam halaman Facebook Divisi Humas Mabes Polri.
Menurut Neta, seharusnya polisi dapat mengajak para pengendara moge untuk mematuhi aturan berlalu-lintas. Apalagi, lanjut Neta, semua orang tahu jika libur panjang kota Jogja selalu padat dan macet.
"Bila elit polri di Jogja peka, seharusnya mereka bersikap preventif, tidak mengijinkan konvoi tersebut sehingga tidak ada protes dari warga," kata Neta.
Sebelumnya, Elanto Wijoyono, warga Condongcatur, Sleman, Yogyakarta, mengungkapkan kekesalannya terhadap pengendara moge yang melanggar lalu lintas. Ia pun memutuskan menghadang konvoi motor gede (moge), di simpang empat ringroad utara, Condongcatur, Sleman, Sabtu sore, sekitar pukul 15.00 hingga 16.00 WIB. Konvoi itu otomatis terhenti beberapa saat.