Jumat 12 Dec 2025 16:08 WIB

Cerita Malam Mencekam di Kalibata Usai 'Mata Elang' Dikeroyok Hingga Tewas

Pada Jumat, para pedagang mengais sisa-sisa barang yang terbakar saat kericuhan.

Petugas pemadam kebakaran memadamkan api yang membakar kios pedagang usai dibakar massa saat kericuhan di kawasan Kalibata, Jakarta, Kamis (11/12/2025). Kericuhan tersebut dipicu oleh pengeroyokan dua debt collector atau agen lapangan penagih utang di Jalan Kalibata pada Kamis (11/12) sekitar pukul 15.30 WIB yang mengakibatkan satu orang tewas dan satu lainnya mengalami luka berat.
Foto: ANTARA FOTO/Fauzan
Petugas pemadam kebakaran memadamkan api yang membakar kios pedagang usai dibakar massa saat kericuhan di kawasan Kalibata, Jakarta, Kamis (11/12/2025). Kericuhan tersebut dipicu oleh pengeroyokan dua debt collector atau agen lapangan penagih utang di Jalan Kalibata pada Kamis (11/12) sekitar pukul 15.30 WIB yang mengakibatkan satu orang tewas dan satu lainnya mengalami luka berat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah kendaraan dan tenda milik pedagang di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, terdampak kericuhan yang terjadi pada Kamis (11/12/2025) malam. Kericuhan itu merupakan dampak aksi pengeroyokan terhadap dua orang penagih utang (debt collector) atau yang lebih dikenal dengan sebutan mata elang (matel) di kawasan itu.

Berdasarkan pantauan Republika, sejumlah pedagang yang terdampak kericuhan mengumpulkan sisa-sisa barang dagangannya, Jumat (12/12/2025) siang. Mereka mengais sisa-sisa barang mereka yang terbakar dalam kericuhan pada Kamis malam. 

Baca Juga

Salah seorang pedagang di kawasan itu, Rustam (19 tahun), mengatakan peristiwa itu bermula dari adanya aksi pengeroyokan di Jalan TMP Kalibata pada Kamis sore, sekitar pukul 15.30 WIB. Ketika itu, terdapat dua orang yang diduga matel dikeroyok oleh sejumlah warga. 

"Pertama saya mau ngeluarin gerobak udah rame aja itu di warung makanan. Saya lihat ada dua orang, dikerumunin orang, habis dikeroyok," kata dia kepada Republika, Jumat siang.

Menurut Rustam, dua orang itu telah terluka parah. Sementara orang-orang yang melakukan pengeroyokan telah melarikan diri. Tak lama, orang-orang yang diduga merupakan kawanan dari dua orang yang dikeroyok mengamankan temannya yang telah tergeletak ke rumah sakit. 

"Saya dengar itu satu mati, satu masih hidup gitu, masih gerak. Tapi satu lagi saya dengar infonya meninggal di rumah sakit," kata dia. 

Selang beberapa jam kemudian, tepat setelah bada Maghrib, sejumlah orang yang diduga kawanan orang-orang yang dikeroyok kembali datang ke kawasan itu. Orang-orang itu disebut berjumlah seratusan menggunakan sepeda motor. Massa itu kemudian melakukan pembakaran tenda-tenda milik pedagang dan sejumlah kendaraan di lokasi itu. 

"Saya lihat-lihat sih, tenda-tenda gitu dibakar, dirusakin, warung-warung. Saya juga kena juga bang," kata dia. 

Rustam menyebutkan, tenda dan gerobak tempatnya bekerja ikut menjadi sasaran massa. Ia pun memilih menjauh dari lokasi untuk menyelamatkan diri.

"Mereka tahu-tahu rusuh. Makin malam makin banyak. Polisi akhirnya datang," kata dia.

photo
PPSU membersihkan puing-puing sisa kebakaran kios pedagang pascakericuhan di kawasan Kalibata, Jakarta, Jumat (12/12/2025). Pasca kejadian tersebut, kondisi di lokasi berangsur kondusif. Setidaknya sembilan kios, enam kendaraan roda dua, dan satu kendaraan roda empat dibakar. Kericuhan ini dipicu oleh pengeroyokan terhadap penagih utang lapangan (debt collector) yang dipukuli orang tidak dikenal hingga tewas. - (Republika/Prayogi)

Salah seorang pedagang lainnya, Andi, mengaku ikut terdampak akibat kericuhan itu. Sejumlah barang-barangnya ikut terbakar dalam kericuhan itu. Bahkan, ia juga terluka akibat kericuhan karena hendak menyelamatkan diri ke Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

"Sampai ya kondisi luka-luka seperti ini," kata dia.

Ia menyebutkan, banyak barang-barang di tempatnya berjualan yang ikut terbakar, di antaranya mesin chiller, mesin freezer, hingga brankas. Ia memperkirakan, kerugian di tempatnya mencapai ratusan juta rupiah.

Menurut Andi, awalnya orang-orang yang menyebabkan kericuhan itu ingin mencari pelaku pengeroyokan temannya. Namun, karena tidak menemukannya, orang-orang itu melampiaskan kemarahannya ke warung pedagang.

Para pedagang di kawasan itu pun tidak bisa berbuat banyak menghadapi ratusan massa yang datang. Alhasil, para pedagang memilih menyelamatkan diri.

"Kami kondisi sedang ngungsi di sana karena kan mereka nyerang. Kami bloking di sini, tutup pakai pintu besi supaya enggak bisa masuk. Yang di tengah sana sudah diblok juga sama polisi. Tapi ya kenyataannya kejadian lagi, saya dapat informasi warung sudah habis," kata dia. 

Salah seorang pedagang lainnya, Henny Maria, menilai pihaknya telah menyampaikan bahwa para pedagang tidak terlibat dalam aksi pengeroyokan. Namun, massa yang melakukan kericuhan tetap tidak terima karena ada kawannya yang meninggal dunia.

"Pertama, tuh terbakar semua tenda. Termasuk tenda saya kebakar semua ini. Hangus, bumi hangus itu sekitar jam 8 malam. Lalu terjadi penyerangan kedua karena mungkin yang di rumah sakit kritis, apa meninggal, kurang tahu. Terjadilah penyerangan kios," kata dia. 

Ia pun menyesalkan tindakan massa yang sewenang-wenang. Padahal, para pedagang tidak ada kaitannya dengan kasus itu. Namun, mereka justru menjadi sasaran kemarahan massa.

"Itu yang kami sayangkan, kami menjadi korban ketidakadilan dari segelintir oknum yang menurut saya melakukan kerusuhan tidak pada tempatnya itu saja sih," ujar dia.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement