REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jakarta Pramono Anung mengakui bahwa kemacetan yang terjadi di ibu kota masih menjadi salah satu masalah yang belum teratasi sepenuhnya. Meski sudah tidak lagi menjadi kota paling macet di Indonesia, bukan berarti kemacetan tidak terjadi di Jakarta.
Pramono mengaku sempat diundang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sekitar empat bulan lalu. Ia juga sempat berkomunikasi dengan Wali Kota New York untuk membahas masalah kemacetan di Jakarta, mengingat Jakarta ketika itu menjadi salah satu kota paling macet di dunia.
"Ya memang paling macet sebelumnya. Termasuk kemacetannya selalu 10 besar dunia," kata dia, Rabu (3/12/2025).
Tak lama setelah itu, situr web Tomtom.com merilis Traffic Index Rangking. Dalam hasil survei itu, Jakarta tidak lagi menjadi 10 besar kota paling macet di dunia, melainkan turun ke peringkat 90. Bahkan, Jakarta sudah tidak lagi menjadi kota paling macet di Indonesia.
Menurut Pramono, salah satu jurus untuk mengatasi kemacetan di Jakarta adalah dengan menyediakan transportasi umum yang memadai. Termasuk dengan menyediakan layanan Transjabodetabek yang untuk memfasilitasi warga dari daerah penyangga yang bekerja di Jakarta.
"Memang ketika kita membuka Transjabodetabek, yang sekarang ini kurang lebih orang menggunakan Transjabodetabek 100 ribu lebih, itulah salah satu yang kemudian mengurai kemacetan di Jakarta," kata dia.
Meski begiti, Pramono mengakui kemacetan belum sepenuhnya hilang dari Jakarta. Apalagi, laporan PBB terbaru menyebutkan bahwa penduduk di Jakarta hari ini mencapai 41,9 juta jiwa.
"Walaupun saya kalau ditanya Jakarta apakah masih macet? Masih. Apalagi kalau kemudian kemarin diumumkan Jakarta dengan 42 juta karena aglomerasi, menjadi kota yang nomor satu di dunia dengan kepadatan dan sebagainya," kata dia.
Ia menilai, hal itu tentunya menjadi tantangan bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta. Meski secara administratif, jumlah penduduk di Jakarta hanya sekitar 11 juta jiwa, setiap harinya terdapat sekitar 3,5 juta jiwa warga yang keluar masuk Jakarta.
"Inilah yang kemudian menjadi beban kita untuk mengatur transportasi. Maka kenapa untuk pengaturan transportasi menjadi penting," kata dia.
Pramono menyatakan, saat ini konektivitas layanan transportasi di Jakarta sudah mencapai 92 persen. Namun, baru sekitar 22 persen warga Jakarta yang menggunakan transportasi umum secara terus-menerus.
"Maka saya bilang sama Kepala Dinas Perhubungan, kita harus membuat bagaimana caranya orang mulai menggunakan transportasi umum," kata dia.