Sabtu 22 Nov 2025 16:51 WIB

Antiklimaks Perseteruan Donald Trump-Zohran Mamdani

Setelah berseteru selama berbulan-bulan, Trump dan Mamdani kini tampak bersahabat.

Presiden AS Donald Trump dan Wali Kota New York Zohran Mamdani menggelar konferensi pers usai pertemuan di Gedung Putih, Washington, Jumat (21/11/2025).
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump dan Wali Kota New York Zohran Mamdani menggelar konferensi pers usai pertemuan di Gedung Putih, Washington, Jumat (21/11/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Wali Kota terpilih New York City Zohran Mamdani menunjukkan gestur yang sangat berbeda saat keduanya bertemu di Gedung Putih pada Jumat (21/11/2025) waktu setempat. Setelah berseteru selama berbulan-bulan, keduanya tampak bersahabat, dengan mengesampingkan tuduhan "komunis" ataupun "si lalim" yang saling mereka lontarkan dahulu sembari berkomitmen bekerja sama untuk kebaikan bersama masyarakat AS.

"Kami akan membantunya untuk membuat mimpi semua orang menjadi nyata, yaitu untuk mewujudkan New York yang kuat dan sangat aman," kata Trump yang duduk di meja kerjanya di Ruang Oval Gedung Putih dengan didampingi Mamdani yang berdiri di belakangnya.

Baca Juga

Presiden AS itu juga mencabut ancaman sebelumnya untuk memotong dana federal untuk NYC, sembari mengakui bahwa ia "benar-benar terkejut" bahwa Mamdani sangat "rasional".

Sementara itu, Mamdani menyampaikan bahwa pembicaraannya dengan Trump "sangat produktif" dan berfokus pada "kecintaan yang sama terhadap New York City dan perlunya mewujudkan keterjangkauan bagi warganya". Meski saat ini Trump memilih tinggal di Mar-a-Lago di Florida saat tidak di Gedung Putih, New York City menjadi rumahnya selama beberapa dasawarsa.

Di kota itulah Trump membangun bisnis yang menjadi pijakannya meraih posisi kepresidenan. Sementara, Mamdani, yang lahir di Uganda pada 1991, pindah ke New York City saat usianya 7 tahun dan ia sudah tinggal selama 27 tahun di kota itu.

Jabat tangan dan senyuman yang dilontarkan keduanya saat bertemu di Ruang Oval menandai berubahnya sikap kedua tokoh tersebut yang mungkin mulai menyadari bahwa lebih banyak hal yang dapat dicapai melalui kerja sama, bukan permusuhan.

Sebelum pemilihan wali kota New York City pada 4 November lalu, Trump melakukan hampir semua cara untuk menggagalkan kemenangan Mamdani, termasuk dengan mendukung rival Mamdani dalam pemilu, Andrew Cuomo yang sebelumnya menjabat sebagai gubernur negara bagian New York. Namun, pada Jumat, Trump dan Mamdani membahas tentang keterjangkauan.

photo
Pendukung calon wali kota dari Partai Demokrat Zohran Mamdani menyaksikan polling hasil pilkada New York City di New York, Selasa, 4 November 2025. - (AP Photo/Yuki Iwamura)

Dalam pertemuan itu, Trump terkejut begitu mengetahui bahwa perusahaan listrik New York Con Edison tidak melakukan apa-apa yang menguntungkan warga New York City meski mendapat penghematan dari biaya energi yang lebih rendah. Hal tersebut diamini oleh Mamdani.

Sementara itu, saat seorang wartawan bertanya kepada Mamdani apakah ia masih mengakui Trump sebagai seorang fasis, Trump menimpali, "Tidak apa-apa, jawab saja iya, lebih mudah daripada menjelaskannya".

Trump juga mengaku tak lagi tersinggung saat Mamdani menyebutnya sebagai "orang lalim", karena la "telah dipanggil dengan istilah yang lebih buruk ... jadi julukan itu tak terlalu menghina".

Keterjangkauan biaya hidup menjadi salah satu kunci yang dapat menyelamatkan Trump di tengah menurunnya tingkat penerimaan publik (approval rating) terhadap pemerintahannya dalam beberapa bulan terakhir.

Turunnya pamor Trump tersebut berujung pada kalahnya calon Partai Republik dalam pemilu wali kota New York City serta di wilayah-wilayah lain terhadap calon Partai Demokrat yang berhaluan progresif seperti Mamdani.

Namun demikian, Trump dan Partai Republik masih akan menghadapi ujian yang lebih besar pada November 2026, yaitu saat pemilihan paruh waktu anggota Kongres AS.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Antara, Sputnik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement