Rabu 29 Oct 2025 06:11 WIB

Hadapi Tekanan Sanksi, Presiden Iran Usulkan Pembentukan Mata Uang Baru di Kawasan

Pezeshkian yakin jika negara di kawasan bersatu dapat atasi kekuatan eksternal

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Iran Masoud Pezeshkian
Foto: AP Photo/Vahid Salemi
Presiden Iran Masoud Pezeshkian

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengusulkan agar Iran dan para mitra dagangnya membentuk mata uang bersama. Usulan itu disampaikan saat Iran kembali menghadapi sanksi PBB yang sempat ditangguhkan di bawah perjanjian nuklir tahun 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action.

Saat berbicara di Economic Cooperation Organization (ECO) Summit yang digelar di Teheran pada Selasa (28/10/2025), Pezeshkian menyampaikan bahwa ikatan agama dan budaya di kawasan tersebut dapat menciptakan kondisi untuk menjalin komunikasi serta kerja sama yang lebih erat.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

“Bahkan mata uang bersama dapat diadopsi di kawasan ini untuk membantu mendorong pembangunan ekonomi,” ujarnya, dikutip laman Al Arabiya.

Menurut Pezeshkian, jika negara-negara di kawasan bersatu secara ekonomi dan budaya, dia yakin mereka dapat mengatasi hambatan yang ditimbulkan kekuatan eksternal. Namun Pezeshkian tak menyebut secara eksplisit siapa kekuatan eksternal yang dia maksud.

ECO didirikan oleh Iran, Turki, dan Pakistan pada 1985. Saat ini, selain ketiga negara pendiri, terdapat tujuh negara lain yang tergabung dalam ECO, yakni Afghanistan, Azerbaijan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Saat ini tujuan ECO adalah memperkuat perdagangan regional.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement