Senin 06 Oct 2025 07:19 WIB

Iran Sebut Kerja Sama Terkait Nuklir dengan IAEA tak Lagi Relevan

"Perjanjian Kairo tak lagi relevan bagi kerja sama kami dengan IAEA," kata Araghchi.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi.
Foto: AP Photo/Frank Franklin II
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi seperti dilaporkan Al Jazeera, Ahad (5/10/2025), mengatakan bahwa, kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) "sudah tidak lagi relevan" setelah negara-negara Barat menerapkan kembali sanksi terhadap Iran. Araghchi merujuk pada perjanjian Kairo yang belum lama ini ditekennya.

"Perjanjian Kairo tak lagi relevan bagi kerja sama kami dengan IAEA," kata Araghchi.

Baca Juga

Perjanjian yang di tanda tangani Araghchi bersama Kepala IAEA Rafael Grossi itu berisi kerangka kerja untuk memulai kembali inspeksi dan pengawasan setelah Teheran sempat menyetopnya usai serangan Israel dan AS terhadap fasilitas nuklir pada Juni 2025. Namun kemudian, perjanjian itu kehilangan signifikansinya setelah Inggris, Prancis, dan Jerman memicu sanksi kembali diterapkan PBB dengan tuduhan Iran melanggar komitmennya, klaim yang dibantah oleh Teheran.

"Tiga negara Eropa berpikir mereka memiliki jaminan di tangannya, mengancam untuk menerapkan sebuah snapback," kata Araghchi kepada dilpomat di Teheran.

"Sekarang mereka menggunakan tuas itu melihat hasilnya. Tiga negara Eropa telah menghapus peran mereka dan hampir menghilangkan pembenaran negosiasi untuk mereka."

Araghchi menambahkan bahwa, tiga negara Eropa itu "akan memiliki peran yang lebih kecil dibandingkan sebelumnya" pada proses negosiasi terkait program nuklir Iran.

photo
Direktur Jenderal Organisasi Energi Atom Internasional Rafael Mariano Grossi mendengarkan pertanyaan saat konferensi pers bersama dengan kepala Organisasi Energi Atom Iran Mohammad Eslami di Teheran, Sabtu (4/3/2023). - (AP Photo/Vahid Salemi)
 
Standar ganda

Teheran telah menuduh IAEA menerapkan standar ganda, menilai badan itu gagal mengutuk serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran meski Iran telah menjalankan berbagai kewajiban di bawah Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (NPT). Negara-negara Barat, dipimpin Amerika Serikat dan didukung Israel, telah lama menuduh Iran mengejar pembuatan senjata nuklir, tuduhan yang dibantah keras oleh Teheran. 

Iran menegaskan, program nuklirnya untuk murni untuk proyek sipil dan mempertahankan hak untuk melakukan pengayaan uranium di bawah NPT. Beberapa anggota parlemen telah meminta Iran untuk menarik diri dari NPT sepenuhnya, namun Presiden Masoud Pezeshkian menegaskan bahwa, Iran akan tetap berkomitmen terhadap perjanjian itu.

Araghchi mengatakan, "keputusan (Teheran) menyengkut kerja sama dengan IAEA akan diumumkan" tanpa mengelaborasinya, namun menegaskan bahwa "masih tersedia ruang untuk diplomasi".

Perundingan terkait program nuklir antara Iran dengan AS sempat berlangsung sejak April namun kemudian buyar setelah Israel melancarkan serangan pada Juni. Teheran lalu menuduh Washington menyabotase diplomasi dan menuntut jaminan dan pengakuan atas hak-hak mereka sebelumnya melanjutkan negosiasi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement