REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbatasan antara Thailand dan Kamboja membentang sepanjang kurang lebih 800 kilometer. Garisnya bermula dari titik yang dikenal sebagai “Chong Bok” di Provinsi Ubon Ratchathani. Titik itu sering pula disebut "Segitiga Zamrud", yakni tempat bertemunya wilayah Thailand, Laos, dan Kamboja.
Perbatasan Thailand-Kamboja ini berujung di Subdistrik Had Lek, Distrik Klong Yai, Provinsi Trat. Menurut Charnvit Kasetsiri seperti dilansir dari laman Kyoto Review, garis imajiner ini tak sekadar penanda batas. Itu juga merepresentasikan sejarah panjang hubungan antara bangsa Thai dan Khom-Khmer yang telah berlangsung sejak abad ke-13 Masehi.
Sejak medio abad ke-12 M, Kerajaan Khmer atau Kambuja dipimpin Jayavarman VII. Dialah raja Kamboja pertama yang menganut agama Buddha.
Kematiannya pada 1218 menandai degradasi Kambuja. Bukan hanya konflik perebutan takhta di antara para elite setempat, negeri-negeri tetangga pun mulai menyerang. Kondisi semakin tak tertolong memasuki abad ke-14 M.
Sukhothai bangkit melawan Kambuja. Sejak abad ke-10, negeri yang kini meliputi Thailand tengah dan utara itu sesungguhnya adalah bawahan (vassal) Kambuja. Namun, raja saat itu yang bernama Si Inthrathit mampu memimpin perlawanan sehingga berhasil mengalahkan pasukan Raja Jayavarman VIII.
Pada 1431, raja Ayutthaya (Siam) yang bernama Borommarachathirat II dapat merebut Angkor Thom. Raja Kambuja lantas melarikan diri ke pesisir selatan.
Uniknya, penaklukan Ayutthaya atas Kambuja justru meningkatkan arus masuknya budaya dan tradisi Kambuja ke Siam. Sebagai contoh, gelar penghormatan tinggi terhadap raja Siam sebagai dewa, yang dikenal sebagai Devaraja, berasal dari Kambuja.
Pergolakan kembali pecah pada abad ke-16, tepatnya dalam kurun tahun 1591–1594. Pertempuran ini dimulai dengan Ayutthaya menginvasi Kambuja sebagai respons atas serangan Khmer yang terus-menerus di wilayah perbatasan.
Beruntung bagi Siam. Saat itu, Kerajaan Kambuja juga sedang menghadapi konflik agama di dalam negeri. Bagaimanapun, militer Kambuja dapat terus mempertahankan pusat pemerintahan.
Barulah pada percobaan kedua, Siam sukses. Raja Ayutthaya, Naresuan, menaklukkan seluruh negeri dan akhirnya menjarah ibu kota Kambuja, Longvek, pada Januari 1594.