REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid menegaskan Pancasila bukan sekadar dokumen sejarah, melainkan jiwa bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Pancasila bukan sekadar dokumen historis, melainkan jiwa bangsa yang menjadi pedoman dalam mewujudkan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur," katanya saat menjadi Inspektur Upacara dalam peringatan Hari Lahir Pancasila di halaman Kantor Gubernur Sulteng, Senin.
Anwar membacakan sambutan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), yang menekankan pentingnya memperkokoh ideologi Pancasila sebagai fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
Dikatakan bahwa di tengah tantangan globalisasi dan digitalisasi yang makin kompleks, nilai-nilai Pancasila harus terus ditanamkan dalam berbagai aspek kehidupan, pendidikan, birokrasi, ekonomi, hingga ruang digital.
Sekolah dan universitas, kata dia, harus melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga tangguh secara karakter. Pemerintahan dan birokrasi harus mencerminkan keadilan sosial dan pelayanan publik yang berpihak pada rakyat.
Ia juga menegaskan pentingnya pemberdayaan UMKM, koperasi, dan ekonomi kerakyatan agar keadilan sosial tidak hanya menjadi wacana, tetapi dirasakan nyata oleh seluruh masyarakat, termasuk menjadikan ruang digital sebagai wadah interaksi yang menjunjung etika, toleransi, dan semangat gotong royong.
Gubernur menutup pidatonya dengan ajakan untuk menjadikan Pancasila sebagai inspirasi dalam setiap tindakan dan kebijakan, serta menjadikannya sebagai fondasi utama dalam membangun masa depan Indonesia.
"Jika ingin Indonesia yang dihormati, kita harus memastikan Pancasila tetap menjadi jiwa dalam setiap denyut pembangunan. Mari terus bergotong royong, menjaga persatuan, dan menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari," katanya menegaskan.