REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ucapannya kala itu bukan sekadar angin lalu. Sekitar setahun lalu, Rifda Irfanaluthfi duduk bersama Antara di sisi GOR Raden Inten, Jakarta Timur. Senyumnya ramah, tetapi ada keraguan yang terselip saat membahas masa depan.
Dia menghela napas, matanya berkaca-kaca, dan secara tersirat menyampaikan waktunya di dunia senam mungkin tak akan lama lagi. Kini, isyarat itu menjadi kenyataan.
Ketua Umum Federasi Gimnastik Indonesia Ita Yuliati Irawan, pertengahan April, resmi mengumumkan Rifda pensiun dari dunia yang telah membesarkan namanya, senam artistik. Rifda pasti menyimpan leotardnya, pakaian senamnya, dengan rapi.
Masih lekat dalam ingatan, momen-momen perempuan yang lahir pada 16 Oktober 1999 itu mempersiapkan diri menuju Olimpiade Paris 2024. Di GOR yang penuh peralatan senam yang telah termakan waktu, ia berlatih dengan semangat yang tak biasa. Kakinya terbalut perban. Lututnya cedera, tapi semangatnya tetap menyala.
Momen itu mungkin menjadi detik-detik terakhirnya sebagai pesenam aktif. Dengan segala keterbatasan, Rifda tetap melangkah ke Bercy Arena, Paris, dan mencatatkan sejarah sebagai pesenam Indonesia pertama yang tampil di Olimpiade.
Tiket Olimpiade itu diraihnya lewat perjuangan keras di Kejuaraan Dunia Senam 2023 di Antwerp, Belgia. Meski meniskus dan ACL-nya bermasalah, Rifda tetap tampil. Cedera memaksanya menyelesaikan lomba lebih cepat, tapi kehadirannya di Paris sudah menjadi kemenangan tersendiri.
"Rifda ingin orang-orang yang sudah dukung Rifda bisa bangga," katanya kala itu, sambil menahan nyeri.
Sesaat setelah mendarat di Tanah Air, Rifda didorong dengan kursi roda. Di sekelilingnya ada pelatih, keluarga, hingga perwakilan pemerintah. Ia tak mampu berdiri sempurna, tetapi tetap tegar di depan kamera. Momen itu akan selalu dikenang para pewarta yang menyaksikannya.
"Sedih, tapi juga lega," ucapnya dengan mata berkaca. “Rifda bisa tahan rasa sakit ini, bisa tampil dan menyelesaikan rangkaian meski hanya satu alat.”
Rifda tak sampai ke panggung Olimpiade dalam semalam. Eva Butar Butar, pelatih yang setia mendampinginya menegaskan ini adalah hasil kerja keras lebih dari satu dekade.