Kamis 30 Jan 2025 16:00 WIB

Jawa Tengah Dilanda Banjir-Longsor, Operasi Modifikasi Cuaca Diintensifkan

Modifikasi cuaca diharapkan bisa dilakukan secara berkala selama musim hujan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Mas Alamil Huda
Foto udara relawan menyisir korban terdampak longsor di Desa Kasimpar di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (22/1/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Foto udara relawan menyisir korban terdampak longsor di Desa Kasimpar di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (22/1/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah (Jateng) Bergas Catursasi Penanggungan mengungkapkan, saat ini operasi modifikasi cuaca (OMC) sedang berlangsung di provinsi tersebut. Hal itu merespons masih terjadinya cuaca ekstrem yang turut mengakibatkan banjir dan tanah longsor di sejumlah daerah di sana.

"(OMC) sudah mulai dari kemarin. Rencana tiga hari kurang lebih akan dilaksanakan OMC," kata Bergas ketika dihubungi, Kamis (30/1/2025).

Baca Juga

Dia menambahkan, OMC diharapkan bisa dilakukan secara berkala selama musim hujan berlangsung. "Tentunya ini berdasarkan permintaan dan ketersediaan waktunya. Karena permintaan OMC ini hampir semua wilayah menggunakan, tidak hanya Jawa Tengah. Alhamdulillah Jawa Tengah termasuk yang dipilih dilakukan OMC," ucapnya.

Bergas menjelaskan, untuk pelaksanaan OMC, gubernur suatu provinsi harus mengajukan permintaan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Pelaksanaan OMC nantinya dilakukan BNPB bekerja sama dengan BMKG.

Menurut Bergas, pelaksanaan OMC cukup efektif meminimalisasi cuaca ekstrem. Namun dia menekankan bahwa OMC hanya bisa dilakukan jika awan bergerak dari arah laut. "Kalau dia masih kelihatan berada masuk di Laut Jawa, akan dilakukan OMC. Tapi kalau yg masuknya seperti tanggal 20, 23 (Januari), seandainya di-OMC pun percuma. Karena gumpalan awannya masuknya dari Samudra Hindia. Dia masuk di tengah-tengah, di daratan, dari Jawa Barat, masuknya di daratan, dia tidak masuk melalui laut," ucapnya.

"Informasi yang selama ini kami dialog dengan operator OMC, memang yang bisa dilakukan adalah di laut, bukan di darat. Karena kalau di darat, harus ada pertimbangan hujan ini akan turun di mana. Misalnya hujannya dijatuhkan di hulu, hilirnya kan tetap kena. Justru malah berisiko," tambah Bergas.

Berdasarkan data BPBD Jateng, pada Rabu (29/1/2025), telah terjadi cuaca ekstrem disertai banjir dan tanah longsor di sejumlah kabupaten di provinsi tersebut. Mereka tersebar di Pekalongan, Demak, Grobogan, Jepara, Banjarnegara, Semarang, Kendal, dan Kudus. Satu orang di Kendal dilaporkan meninggal akibat cuaca ekstrem pada Rabu lalu.

Sebelumnya Kepala BMKG Dwikorita Karnawati telah memperingatkan Pemprov Jateng bahwa bencana banjir dan tanah longsor seperti yang terjadi di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, masih berpotensi terulang di daerah lain di provinsi tersebut. Hal itu karena terdapat sejumlah daerah di Jateng yang masih akan menghadapi puncak musim penghujan.

Dwikorita mengungkapkan, sejak November tahun lalu, BMKG sudah menjalin koordinasi dengan sejumlah gubernur yang provinsinya berpotensi menghadapi bencana, termasuk di antaranya Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana. Hal itu karena pada November 2024 terdapat beberapa daerah di Jateng yang sudah menghadapi puncak musim penghujan.

"Sampai hari ini Januari masih ada sebagian wilayah yang masuk ke musim hujan. Bahkan diprediksi sampai Februari sebagian besar wilayah di Jawa Tengah mengalami puncak musim hujan," ujar Dwikorita seusai menghadiri rapat koordinasi antisipasi bencana hidrometeorologi di wilayah Provinsi Jateng yang turut dihadiri Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana, di Kantor Gubernur Jateng, Senin (27/1/2025).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement