Rabu 03 Dec 2025 13:54 WIB

Dua Mahasiswi UMJ Buktikan Disabilitas Bukan Halangan untuk Berprestasi

Kepercayaan dirinya tumbuh karena atmosfer UMJ yang penuh penerimaan.

Disabilitas tak menjadi kendala bagi dua mahasiswa UNJ untuk berkembang, didukung atmosfer UMJ yang penuh penerimaan.
Foto: UMJ
Disabilitas tak menjadi kendala bagi dua mahasiswa UNJ untuk berkembang, didukung atmosfer UMJ yang penuh penerimaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kehidupan sosial, masih banyak pandangan keliru menganggap disabilitas sebagai keterbatasan untuk berkembang. Namun, dua mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) membalikkan anggapan tersebut melalui keteguhan, kerja keras, dan prestasi yang membanggakan.

Mereka adalah Ainun Nushratillah Al-Falah atau yang kerap disapa Atillah dari Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), dan Danka Rahmadina Talogo yang kerap disapa Danka dari Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian (FTan).

Mengubah Tantangan Menjadi Panggung Kemajuan

Sebagai mahasiswi tunanetra, perjalanan Atillah tidaklah mudah. Ia mulai masuk kuliah pada masa pandemi COVID-19 ketika seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring.

Transisi dari jenjang sekolah ke perguruan tinggi sudah menjadi tantangan tersendiri, ditambah dengan metode kuliah yang serba online pada saat itu membuat aksesibilitas pembelajaran semakin kompleks.

Namun, semangat untuk memperdalam ilmu komunikasi dan mengarahkan masa depan sesuai potensi diri menjadikannya tetap bertahan.

“Awal-awal kuliah memang berat, tetapi saya tidak mau menjadikan kondisi saya sebagai alasan untuk berhenti. Saya ingin membuktikan bahwa saya mampu,”ujarnya.

Tantangan terbesar juga muncul ketika memasuki mata kuliah berbasis visual, salah satunya fotografi. Bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi, fotografi merupakan mata kuliah wajib yang berfokus pada praktik penggunaan kamera dan komposisi gambar.

“Alhamdullilah dosen-dosen di UMJ paham dan suportif, jadi saya diberi opsi tugas pengganti. Intinya komunikasi. Kalau kita jelaskan apa kendalanya, apa yang kita butuhkan, dosen dan teman-teman pasti membantu,” jelasnya.

Selain itu, ia mengakui sempat merasa minder ketika pertama kali masuk UMJ dan berinteraksi dengan mahasiswa non-disabilitas. Namun perlahan kepercayaan dirinya tumbuh karena atmosfer UMJ yang penuh penerimaan.

Perlahan tapi pasti, Atillah menemukan ruang untuk bersinar. Dorongan untuk melatih kemampuan public speaking membawanya menjelajahi ajang kompetisi presenter televisi dan radio tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jakarta Selatan bersama Bens Radio Jakarta.

Bermodal keberanian dan rasa ingin mencoba, ia masuk 20 finalis terbaik dan berhasil meraih Juara Harapan 1. Tak berhenti sampai di sana, pada 2025, Atillah kembali menorehkan prestasi sebagai Juara 2 Kompetisi TIK bidang Digital Public Relations tingkat Regional 1 Kementerian Komunikasi dan Digital.

Berbeda dari Atillah, Danka mengaku memilih UMJ karena melihat lingkungan kampus Islam yang diyakini menghargai setiap manusia tanpa diskriminasi. Keputusannya semakin mantap setelah ia merasakan sendiri civitas academica UMJ menerima mahasiswa disabilitas tanpa pembedaan sedikit pun.

“Alhamdulillah sejak pertama masuk, semuanya terasa nyaman. Dari kelas, interaksi dengan teman, sampai proses belajar, tidak ada yang menyulitkan saya sebagai mahasiswa disabilitas,” ungkapnya dalam keterangan yang dikutip Rabu (3/12/2025).

Namun, bukan berarti masa studinya tanpa tantangan. Jika Atillah berjuang menembus keterbatasan visual dalam pembelajaran berbasis praktik, bagi Danka hambatan justru datang dari dalam dirinya sendiri. Ia sering merasa minder ketika melihat teman-temannya aktif dalam organisasi kemahasiswaan.

“Saya ingin banget sebenarnya ikut organisasi. Tapi jujur, saya belum kuat dari segi fisik untuk ikut kegiatan seperti LDKM dan agenda- agenda yang intens,” ujarnya.

Meski sempat tidak percaya diri, Danka yang memiliki pengalaman pernah mengajar di TPA dekat rumah dan sempat mengajar kelas online, menyadari dirinya memiliki kemampuan berkomunikasi dan membimbing orang lain.

“Saya mulai ngerasa, kayaknya saya tidak cuma bisa ngajar anak kecil deh. Saya juga bisa ngajar orang sepantaran saya,” tuturnya.

Dari keyakinan itu, ia memberanikan diri mengajukan diri sebagai asisten dosen melalui Dosen Pembimbing Akademiknya. Ternyata keberaniannya tidak sia-sia, ia akhirnya dipercaya menjadi Asisten Dosen Mata Kuliah Strategi Agribisnis pada semester lima di UMJ.

Selain itu, dedikasinya dalam belajar membawanya berhasil meraih Beasiswa Cendekia BAZNAS angkatan 6. Prestasi itu menjadi bukti bahwa proses belajar tidak pernah mengenal batas selama seseorang berani berusaha.

Pesan untuk Sesama Disabilitas : “Beda Bukan Berarti Tidak Bisa”

Perjalanan panjang yang dilalui Atillah dan Danka membuat keduanya memiliki pesan mendalam untuk mahasiswa dan masyarakat luas, khususnya penyandang disabilitas.

Menyambut Hari Disabilitas Internasional pada tanggal 3 Desember 2025, Atillah berpesan, perbedaan fisik bukan alasan untuk menutup diri dari kesempatan, terlebih jika seseorang memiliki dukungan dari lingkungan yang tepat.

“Pokoknya jangan menyerah. Kalau kita mau, kita pasti bisa. Jalan memang tidak selalu mulus, tapi bukan berarti kita tidak mampu bersaing,” ujarnya.

Danka pun memiliki pesan senada, baginya setiap orang memiliki bidang terbaik masing-masing yang akan berkembang jika diberi kesempatan untuk mencoba.

Ia berharap mahasiswa disabilitas tidak merasa sendirian atau minder dengan keterbatasan fisik, karena kesempatan untuk berkembang terbuka sama luasnya seperti mahasiswa lainnya.

“Jangan takut untuk mulai. Kalau kamu yakin punya kemampuan, tunjukkan. Kita itu bukan kurang, kita hanya beda, dan beda itu bukan berarti tidak bisa,” ujarnya.

Kisah Atillah dan Danka menjadi bukti nyata UMJ bukan hanya menjadi lembaga pendidikan, tetapi juga ruang inklusi yang memberi akses dan kesempatan bagi siapa pun untuk berkembang tanpa diskriminasi.

Melalui dukungan dosen, teman, dan fasilitas pembelajaran yang adaptif, mahasiswa disabilitas dapat menyelesaikan studi sekaligus mengukir prestasi di bidang yang mereka tekuni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement