REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA, – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memulai operasi modifikasi cuaca di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap peningkatan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor di ketiga provinsi tersebut.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa operasi ini bertujuan untuk mendukung mitigasi dan respons darurat dengan mengurangi potensi curah hujan di daerah rawan bencana. Teknik yang digunakan adalah penyemaian awan untuk mengalihkan awan hujan ke lokasi yang lebih aman.
Di Aceh, operasi dimulai pada hari Jumat dengan menggunakan pesawat PK-SNP dari pos komando di Bandara Sultan Iskandar Muda. Sementara itu, di Sumatera Utara, operasi telah dimulai sejak Kamis dari pos komando Bandara Kualanamu, dengan empat sortie yang telah dilakukan menggunakan 3.200 kilogram Natrium Klorida dan Kalsium Oksida sebagai bahan penyemaian.
Rencana operasi di Sumatera Barat akan dimulai pada Sabtu (29 November), dengan pengerahan pesawat PK-DPI dan PK-SNK dari pos komando Bandara Internasional Minangkabau. Muhari menekankan pentingnya intervensi ini mengingat situasi darurat akibat hujan ekstrem yang menyebabkan banjir meluas di Aceh.
Hujan lebat juga meningkatkan risiko tanah longsor dan banjir bandang di banyak bagian Sumatera Utara serta berdampak parah pada infrastruktur dan kawasan permukiman di Sumatera Barat. BNPB berkomitmen untuk mendukung upaya mitigasi risiko bencana demi melindungi masyarakat, khususnya di tiga provinsi tersebut, sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto.
Sebelumnya, BNPB telah mengaktifkan layanan pusat panggilan untuk masyarakat yang terdampak banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah di Pulau Sumatera, guna mempercepat pengumpulan laporan dan kebutuhan darurat di lapangan. Layanan ini dapat diakses melalui 0811-6164-5500, dengan laporan yang dapat dikirimkan melalui pesan teks atau aplikasi WhatsApp.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.