Rabu 23 Oct 2024 07:49 WIB

Rektor Cyber University Sebut Digitalisasi dan Distribusi Pilar Transformasi Sektor Energi

Pentingnya teknologi keamanan dalam melindungi infrastruktur energi.

Workshop mengenai Energy Resource Aggregation Business (ERAB) dan Keamanan Sistem Fisik dan Siber (CPSS) diadakan di Kantor Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Sentral Senayan ll, 6th Floor, Jalan Asia Afrika, No 8, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa (15/10/2024) lalu.
Foto: Cyber University
Workshop mengenai Energy Resource Aggregation Business (ERAB) dan Keamanan Sistem Fisik dan Siber (CPSS) diadakan di Kantor Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Sentral Senayan ll, 6th Floor, Jalan Asia Afrika, No 8, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa (15/10/2024) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Workshop mengenai Energy Resource Aggregation Business (ERAB) dan Keamanan Sistem Fisik dan Siber (CPSS) diadakan di Kantor Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Sentral Senayan ll, 6th Floor, Jalan Asia Afrika, No 8, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa (15/10/2024) lalu. Acara ini mempertemukan para ahli dari berbagai negara untuk mendiskusikan inisiatif teknologi cerdas dalam menata ulang infrastruktur energi ASEAN.

Workshop ini menghadirkan tokoh-tokoh terkemuka seperti Prof Masaki Umejima dari Komite Sistem IEC, Akinori Kahata dari Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang, serta Kasuya Tokuda dari Nomura Research Institute (NRI) Singapura. Mereka memaparkan pentingnya Smart Grid Architecture Model (SGAM) dan roadmap standar energi cerdas untuk membangun jaringan listrik masa depan yang lebih efisien dan aman.

Baca Juga

Sesi diskusi panel melibatkan para ahli dari berbagai negara ASEAN, seperti Dr Selvakumar Manickam dari Malaysia, Prof Chaodit Aswakul dari Thailand, Harris dari Kementerian ESDM Indonesia, serta Gunawan Witjaksono selaku Rektor Cyber University.

Gunawan menjelaskan tentang pentingnya teknologi keamanan dalam melindungi infrastruktur energi yang semakin kompleks. "Salah satu fokus utama workshop ini adalah digitalisasi dan distribusi sebagai pilar transformasi sektor energi ASEAN. Teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), dan big data diidentifikasi sebagai kunci untuk meningkatkan efisiensi sistem tenaga dan mendukung transisi menuju pembangkit listrik yang lebih desentralisasi," katanya, dalam keterangan rilis, Rabu (23/10/2024).

Ia melanjutkan, meski negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand telah menetapkan target ambisius untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2050, ketergantungan pada bahan bakar fosil masih menjadi tantangan utama yang harus diatasi.

Workshop ini juga menghasilkan komitmen untuk melanjutkan diskusi lebih lanjut pada workshop berikutnya, yang dijadwalkan berlangsung di Penang, Malaysia pada Januari 2025. Pada kesempatan tersebut, para ahli akan fokus pada implementasi lebih lanjut dari ERAB dan CPSS di kawasan ASEAN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement