REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Cyber University menggelar seminar bertajuk 'Katastrofi Siber: Hilangnya Privasi dan Kepercayaan di Era Kecerdasan Buatan dan Serangan Siber'. Seminar yang digelar Selasa (25/11), ini menekankan pentingnya kesadaran dan tindakan preventif untuk melindungi data pribadi dan menjaga kepercayaan publik. Seminar ini menyoroti ancaman katastrofi siber yang mengintai di era kecerdasan buatan (AI) dan serangan siber.
Acara yang dihadiri pakar teknologi, akademisi, aparat kepolisian, serta peserta daring dan luring ini dibuka oleh Prof. Sari Wahyuni, President Indonesia Strategic Management Society. Dia menekankan krusialnya pemahaman masyarakat akan perlindungan data pribadi.
Pembukaan dilanjutkan oleh Ketua STIK Lemdiklat Polri, Irjen. Pol. Dr. Eko Rudi Sudarto. Dia mengingatkan bahwa perkembangan AI membawa peluang sekaligus risiko besar bagi ruang digital Indonesia.
"Serangan siber, kebocoran data, dan manipulasi informasi kini berkembang cepat dan mengancam fondasi sosial berupa kepercayaan publik," kata Irjen Pol. Gatot Repli Handoko, Dosen Kepolisian Utama Tk. 1. STIK Lemdiklat Polri, dalam sambutan utamanya.
Ia menambahkan meskipun Polri memiliki peran strategis dalam menjaga keamanan siber, keamanan siber adalah tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa. Untuk itu, Cyber University sebagai The First Fintech University in Indonesia, menyelenggarakan seminar ini sebagai bentuk komitmen dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan siber.
Isu Siber Menyangkut Keamanan Negara
Rektor Cyber University, Gunawan Witjaksono dalam pemaparannya menegaskan bahwa isu siber bukan lagi sekadar pencurian data, melainkan menyangkut kedaulatan negara. Gunawan menekankan pentingnya kriptografi dan analisis serangan untuk melindungi sektor-sektor vital seperti perbankan, kesehatan, dan data pribadi.
“Indonesia memiliki 212 juta pengguna internet dengan ratusan juta upaya scan jaringan setiap tahun, menunjukkan tingginya ancaman dari luar dan dalam negeri," ujarnya.
Dr. Muhamad Yopan, Public Sector Lead Amazon Web Services (AWS), menjelaskan bagaimana teknologi cloud bekerja di balik platform populer dan pentingnya sistem backend berbasis cloud untuk enkripsi, perlindungan data, dan penanganan ancaman skala besar.
Seminar ini pun, diakhiri dengan kesimpulan oleh Prof. Budi Widjaja Soetjipto, Ph.D, Doctor of business administration, Professor (Associate) di Universitas Indonesia. Dia menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi, industri, masyarakat sipil, dan aparat penegak hukum untuk membangun ketahanan siber nasional.