REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah rumah sakit di Jalur Gaza utara meminta masyarakat internasional untuk turun tangan menghentikan perintah evakuasi Israel terhadap fasilitas rumah sakit itu di tengah gempuran mematikan di wilayah tersebut. Pada Selasa (8/10/2024), tentara Israel memerintahkan pasien dan staf medis di Rumah Sakit Kamal Adwan untuk mengosongkan fasilitas tersebut dalam waktu 24 jam.
Perintah serupa juga dikeluarkan untuk rumah sakit Indonesia dan Rumah Sakit Al-Awda di Gaza utara. “Kami memohon kepada komunitas internasional untuk turun tangan guna menghentikan perintah evakuasi ini,” kata direktur RS Kamal Adwan, Hussam Abu Safiya, dalam sebuah pesan video pada Kamis (10/10/2024).
Dia memperingatkan bahwa evakuasi rumah sakit tersebut akan "berarti kematian bagi delapan anak yang dirawat di fasilitas ini". “Rumah sakit kami bisa berhenti beroperasi karena ancaman evakuasi yang terus berlanjut dan kekurangan bahan bakar,” kata dia.
Tentara Israel melanjutkan serbuan militer hari kelima di Jalur Gaza utara pada Kamis, di tengah pengepungan ketat di wilayah tersebut, menurut saksi mata. Israel mengeklaim bahwa serangan tersebut bertujuan untuk mencegah kekuatan Hamas bangkit kembali di Gaza utara.
Israel terus melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza setelah serangan oleh kelompok perjuangan Palestina, Hamas, tahun lalu, meskipun Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata segera. Sudah lebih dari 42 ribu orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, kehilangan nyawa dan lebih dari 97.700 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel telah membuat hampir seluruh penduduk Jalur Gaza mengungsi di tengah blokade yang berlangsung lama hingga menyebabkan krisis makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel di Mahkamah Internasional kini menghadapi tuntutan genosida atas tindakannya di Gaza.