REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Sedikitnya delapan meninggal dan 2.750 orang lainnya termasuk anggota Hizbullah, tenaga medis, dan utusan Iran di Beirut, Lebanon luka-luka pada Selasa (17/9/2024) setelah alat komunikasi penyeranta (pager) mereka meledak. Analis intelijen Israel meyakini, insiden ini hasil dari operasi sabotase oleh Mossad.
Menteri Informasi Lebanon, Ziad Makary mengatakan, pemerintah mengutuk peledakan serentak ratusan pager itu dengan menyebutnya sebagai 'serangan Israel'. Hizbullah juga telah mengeluarkan pernyataan dan menegaskan Israel akan menerima 'hukuman setimpal'. Pejabat militer Israel menolak upaya konfirmasi dari Reuters.
BACA JUGA: Tinggi Nabi Adam 37 Meter? Hadits Ini Ungkap Faktanya dan Dibenarkan Sains Modern
Seorang pejabat Hizbullah yang enggan dikutip namanya, mengatakan, peledakan penyeranta secara serentak itu sebagai 'pelanggaran keamanan besar'. Hizbullah juga mengonfirmasi tiga anggotanya termasuk dua pejuang mereka meninggal dunia. Anggota ketiga mereka yang gugur adalah seorang remaja perempuan, sementara komandan Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah tidak ikut terluka dalam insiden ini.
Gelombang ledakan penyeranta bertahan sekitar selama satu jam dari sejak ledakan awal terjadi sekitar pukul 15.45 waktu setempat. Hingga kini belum jelas bagaimana cara penyeranta itu diledakkan secara serentak dari jarak jauh.
Kementerian Luar Negeri Lebanon menilai ledakan ratusan penyeranta itu sebagai sebuah "eskalasi yang disengaja dan berbahaya dari Israel". Sementara, kalangan Polisi Militer Lebanon mengatakan, ledakan terjadi di serentak di Lebanon, khususnya di selatan Beirut, yang dikenal sebagai markas Hizbullah. Penyeranta yang meledak serentak diyakini adalah dari model terbaru yang dibeli oleh Hizbullah.