Selasa 13 Aug 2024 00:01 WIB

Menhan Israel Sudah Infokan AS: Iran Siapkan Serangan Skala Besar

Pemimpin tiga negara Eropa meminta Iran mengurungkan niat menyerang Israel.

Bendera  Israel dan Amerika Serikat. (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/MICHAEL REYNOLDS
Bendera Israel dan Amerika Serikat. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant seperti dilaporkan Independent, Senin (12/8/2024), sudah menginformasikan kepada pemerintah Amerika Serikat (AS), bahwa Iran tengah menyiapkan serangan skala besar. Info Gallant ini terungkap bersamaan dengan instruksi dari Menhan AS Lloyd Austin menggeser kapal selam bersenjatakan misil berhulu ledak nuklir ke Timur Tengah dan meminta kapal induk USS Abraham Lincoln juga segera menuju kawasan. 

Di tengah ancaman serangan Iran ke Israel, AS dan negara sekutu juga terus mengupayakan agar Israel dan Hamas menyetujui perjanjian gencatan senjata yang bisa meredakan tensi ketegangan di Timur Tengah. Namun, Hamas yang saat ini dipimpin oleh Yahya Sinwar mengisyaratkan bahwa pihaknya akan menarik diri dari negosiasi dengan alasan ketidakjelasan sikap dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca Juga

Pada Senin, angkatan udara Israel sudah meminta personel mereka untuk tidak bepergian keluar negeri dulu atas alasan keamanan. Sementara, Plt Menteri Luar Negeri Iran, Ali Bagheri Kani dikutip media setempat, menegaskan kepada sekutu China, bahwa, Iran memiliki "hak atas respons yang pantas dan menimbulkan efek jera."

Pemimpin tiga negara yakni Prancis, Jerman, dan Inggris juga meminta Iran dan sekutunya untuk mengurungkan rencana serangan ke Israel yang bisa meningkatkan eskalasi ketegangan. Dalam pernyataan bersama, Senin, mereka mendukung upaya mediator dari AS, Qatar, dan Mesir terkait kesepakatan gencatan senjata Israel dan Hamas.

"Peperangan harus berakhir sekarang, dan semua sandera yang masih ditahan oleh Hamas harus dilepaskan. Rakyat Gaza membutuhkan segara pengiriman dan distribusi bantuan," demikian pertanyaan bersama yang diteken oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement