Sabtu 10 Aug 2024 13:36 WIB

Kisah Koran dari Kota Seribu Pinang

Cenderawasih Pos terus bertahan menghadapi berbagai tantangan.

Kunjungan para jurnalis dari Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung ke kantor redaksi Cenderawasih Pos di Jayapura, Papua, Kamis (8/8/2024).
Foto:

Banyak media massa berguguran dalam masa atau seusai pandemi Covid-19. Secara resmi, RI mulai mengumumkan kedatangan epidemi itu pada 2 Maret 2020.

Sebelumnya, Nurul Hidayah sudah memprediksi bahwa pecahnya Covid-19 di Wuhan, China, akan merembet ke mana-mana, termasuk Indonesia. Karena itu, sejak masih Desember 2019, ia sudah mengambil pelbagai langkah antisipasi.

"Sejak virusnya ditemukan pada 2019, saya yakin ini pasti akan menyebar hingga ke Indonesia, cepat atau lambat," kata dia mengenang.

Langkah pertama yang dilakukannya adalah memerintahkan pembersihan gedung kantor Cenderawasih Pos. Termasuk melapisi jendela dengan kaca film untuk meredam panas.

"Kemudian, meski stok banyak saat itu, kami membeli stok lagi dengan uang yang ada. Saya order plate, tinta, kertas (untuk cetak koran) sampai empat kontainer. Karena waktu itu, saya memperhitungkan. Kalau wabah menyebar, tidak bisa dipastikan apakah perusahaan di sana (luar negeri) beroperasi atau tidak," tutur Nurul.

"Katakanlah kita punya uang. Tapi barangnya ada atau tidak? Kemudian, datang lockdown. Orang tidak bisa terbang ke mana-mana lagi. Tetapi kita sudah dari awal jaga-jaga dengan amankan stok. Inilah yang membuat Cepos selamat. Gaji karyawan kami bahkan tidak dipotong sama sekali (selama pandemi)," sambung dia.

Akan tetapi, perubahan kebijakan juga diberlakukan. Pada masa normal, seluruh karwayan Cenderawasih Pos menerima tunjangan hari raya (THR) sebanyak dua kali, yakni pada hari raya Natal dan hari raya Idul Fitri. Ini tidak memandang, apakah seorang karwayan Muslim atau non-Muslim.

Lalu, pandemi Covid-19 datang. Nurul mengakui, inilah masa yang sangat sulit. Maka, secara terpaksa perusahaan hanya memberi THR satu kali.

Nurul mengatakan, Cenderawasih Pos terus berjuang, bukan hanya agar terus naik cetak, tetapi juga tidak memberlakukan pengurangan gaji karyawan. Walaupun telah "didesak" oleh perusahaan induk, pihaknya memandang pemotongan gaji bukanlah solusi.

"Saya menerapkan penghargaan yang sepadan melalui kinerja. Karyawan yang rajin akan mendapatkan hak gaji yang penuh. Adapun yang bolos-bolos, tidak sama. Semua dinilai dari absensi dan kinerjanya. Jadi skemanya bukan potong gaji," tukas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement