Jumat 28 Jun 2024 13:27 WIB

Duet Anies-Sohibul Dinilai Cerminan Konsistensi PKS yang Berisiko

Dalam politik elektoral, PKS harus membangun koalisi dengan kekuatan politik lain.

Pasangan Anies Baswedan-Sohibul Iman di Pilkada DKI.
Foto:

Peneliti senior Populi Center Usep S Ahyar menilai, komposisi pasangan Anies-Sohibul tidak terlalu menarik untuk partai lain bergabung membangun koalisi dengan PKS. Ia menyangsikan ada partai lain yang akan mendukung pasangan Anies-Sohibul, lantaran keduanya relatif dekat secara ideologi, sehingga tak mewakili keberagaman. 

"Saya sangsi partai lain akan mendekat," kata dia saat dihubungi Republika, Kamis (27/6/2024).

Usep menilai, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sudah mendeklarasikan diri untuk mendukung Anies menjadi cagub DKI Jakarta bahkan berpeluang untuk tak gabung dengan PKS. Apalagi, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKB DKI Jakarta juga memiliki opsi sejumlah nama yang bisa mendampingi Anies, seperti Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep, dan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.

Usep menduga, PKB sengaja menawarkan tokoh di luar internal kadernya karena memiliki kepentingan yang lebih besar dibanding mengincar posisi cawagub DKI Jakarta. Ia mencontohkan, dengan memunculkan nama Kaesang misalnya, PKB bisa masuk dalam koalisi pemerintah. 

"Kalau dengan PDIP, itu untuk kepentingan di pilkada lain. Karena di tingkat bawah, kader PDIP dengan PKB itu beririsan. Sementara dengan PKS, PKB tidak sama secara ideologi dan kepentingan politik," ujar dia.

Karena itu, Usep menilai, ketika PKS mengunci nama Sohibul Iman sebagai cawagub, partai lain kemungkinan tidak mau berkoalisi. Karena itu, Anies harus hati-hati dalam menentukan langkah politiknya.

"Kalau dia kalau tidak bawa partai untuk berkoalisi dengan PKS, itu akan stagnan," kata dia.

Menurut Usep, Anies harus berani untuk membentuk koalisi baru apabila mengincar jalan untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Artinya, Anies harus mulai membangun jaringan politiknya, yang selama ini diidentikan dengan PKS.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah menggandeng pendamping dari partai di luar PKS. "Lebih baik Anies kerja sama dengan PDIP dan tetap mempertahankan yang sudah ada, seperti PKS," kata dia.

Usep menilai, Anies tetap memiliki peluang menang apabila bekerja sama dengan PDIP. Pasalnya, Anies relatif mandiri dan tidak tergantung partai atau sosok lain, khususnya di Jakarta. Artinya, elektabilitas Anies akan tetap tinggi meskipun berpasangan dengan kader PDIP.

Di sisi lain, PDIP juga memiliki kepentingan untuk mengusung Anies dalam Pilgub DKI Jakarta. Mengingat, PDIP harus mencari sosok kuat untuk melawan koalisi pemerintah.

Di satu sisi, Usep yakin, PKS juga akan tetap mendukung Anies meskipun nanti kadernya tak mendapatkan jatah cawagub. Menurut dia, sangat kecil kemungkinan PKS akan meninggalkan Anies.

"Karena kalau PKS gabung pemerintah, itu tidak akan menguntungkan bagi mereka. Selama ini, PKS diuntungkan dengan mengusung Anies. Taruhannya, suara mereka akan anjlok suara mereka pada 2029 (apabila berpaling dari Anies)," kata dia.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement