Kamis 20 Jun 2024 15:40 WIB

Sejarah Perlawanan Palestina, Ini Mengapa Hamas tak Bisa Dikalahkan

Tak pernah ada masa saat Israel bisa leluasa menjajah Palestina.

Kelompok Fidayin berbaris di Lebanon pada 1950-an.
Foto:

Pada 1959, sekelompok diaspora Palestina prokemerdekaan kemudian membentuk kelompok Fatah, akronim terbalik dari bahasa Arab yang artinya Gerakan Nasional Kemerdekaan Palestina. Tokoh nasionalis Palestina Yasser Arafat didapuk jadi pemimpinnya. Pada saat yang sama, seorang Kristen Palestina, George Habash mendirikan Front Populer Pembebasan Palestina (PFLP) yang beraliran kiri. Hadir juga Front Demokratik Pembebasan Palestina (DFLP) saat itu. 

Bersama sejumlah gerakan lain, mereka kemudian disatukan dalam Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Sepanjang 1960-an hingga 1980-an, mereka melakukan serangan-serangan dari luar Israel, utamanya dari Lebanon. Pada 1982, Israel menjalankan serangan pemberangusan PLO di Lebanon, yang menimbulkan banyak korban jiwa. Pada akhir 1980-an, PLO mencoba jalan diplomasi dengan melakukan perundingan damai dengan Israel.

Meski PLO sudah mengalah dengan melepas sejumlah wilayah Palestina sesuai batas dua negara sebelum 1967, perundingan damai itu kandas. Sementara di Gaza dan Tepi Barat, muncul gerakan perlawanan semesta yang dinamai Intifadhah. 

Gerakan ini melahirkan Kelompok Hamas dan Jihad Islam Palestina. Keduanya saat ini adalah gerakan perjuangan bersenjata terbesar di Gaza. Hamas kemudian menjadi partai politik dan memenangkan pemilu Palestina pada 2006. Kemenangan Hamas ini membawa kemunduran pada perjuangan diplomatik karena negara-negara Barat enggan mengakui Hamas yang mereka cap sebagai kelompok teror. Hamas dan Israel terlibat pertempuran yang berujung pada bombardir brutal di Gaza oleh Israel pada 2008-2009, 2014, dan 2021.

Dialog politik antara Hamas dan Fatah yang belum berujung juga memicu munculnya faksi-faksi independen di kota-kota di Tepi Barat. Mereka terlibat baku serang dengan Israel sepanjang 2022 dan awal 2023. Di antara yang ternama dari kelompok-kelompok ini adalah Brigade Jenin dan Sarang Singa di Nablus. 

photo
Ragam Faksi Militer di Palestina - (Republika)

Pada 2022 itu, kelompok-kelompok bersenjata di Gaza mulai melakukan latihan bersama. Dan pada 7 Oktober 2023, mereka melancarkan Operasi Badai al-Aqsa menembus pagar pembatas canggih ke Israel. Israel mengeklaim 1.200 warganya dan sejumlah warga asing tewas dalam serangan itu.

Mereka kemudian melakukan serangan brutal ke Gaza yang kini telah menewaskan lebih dari 37 ribu  warga, kebanyakan anak-anak dan perempuan. Israel menyatakan, serangan-serangan itu ditujukan untuk memusnahkan Hamas dari muka bumi.

Bagaimanapun, sejarah panjang Palestina menunjukkan, yang patah pasti tumbuh dan yang hilang berganti. Selama penjajahan, penindasan dan pengusiran terus terjadi, selalu ada yang bangkit melawan di Palestina. Mereka-mereka yang syahid di masa lalu seperti Izzuddin al-Qassam, kemudian Abu Ali Mustafa, atau Umar al-Qasim, tak benar-benar meninggal. Nama-nama mereka saat ini hidup di emblem brigade-brigade tempur di Gaza dan Tepi Barat. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement