Senin 17 Jun 2024 11:40 WIB

Rencana Buruk Politikus Israel, Sebut Warga Gaza Islamo-Nazi yang Harus Dimusnahkan

Feiglin ingin mengubah wilayah Palestina itu sebagai 'Gaza Ibrani'.

Rep: Teguh/ Red: Teguh Firmansyah
Anak-anak antre untuk mendapatkan makanan di kamp Khan Younis, Jalur Gaza Selatan, Sabtu (15/6/2024).
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Anak-anak antre untuk mendapatkan makanan di kamp Khan Younis, Jalur Gaza Selatan, Sabtu (15/6/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Politisi Israel dan mantan anggota parlemen Partai Likud Moshe Feiglin menyebut nama  'Adolf Hitler' dalam sebuah wawancara TV. Ia  mendesak pengusiran warga Palestina dari Jalur Gaza, yang ia gambarkan sebagai "Islamo-Nazi".

Dalam diskusi panel di Channel 12, Feiglin menyerukan pemukiman kembali warga Israel di Gaza dan berpendapat Zionis harus mengubah wilayah Palestina menjadi "Gaza Ibrani".

Baca Juga

“Kami bukan tamu di negara kami, ini negara kami, semuanya,” katanya dalam video yang dibagikan pada hari Minggu di media sosial Israel.

"Seperti yang dikatakan Hitler, 'Saya tidak bisa hidup jika hanya ada satu orang Yahudi yang tersisa'. Kita tidak bisa hidup di sini jika ada satu 'Islamo-Nazi' yang tersisa di Gaza," katanya dikutip MEE. 

Feiglin mewakili Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu antara tahun 2013 dan 2015 sebelum meninggalkan partai tersebut untuk mendirikan partai sayap kanannya sendiri, Zehut (“Identitas”).

Awal tahun ini, ia mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri melawan Likud dalam pemilu berikutnya. Ia memutuskan maju karena menganggap Netanyahu gagal dalam menangani Jalur Gaza.

Seperti diketahui, Netanyahu telah memimpin perang yang menghancurkan  Jalur Gaza selama lebih dari delapan bulan. Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 37.000 warga Palestina dan menjadikan wilayah kantong yang terkepung itu seperti 'neraka.'

Feiglin, saat berpidato di depan demonstrasi sayap kanan yang menyerukan deportasi warga Palestina dari Gaza pada bulan Januari, mengatakan, "Kita membutuhkan perdana menteri yang berbeda yang bersedia berusaha sekuat tenaga untuk menang."

“Bagi kami, perang di Gaza bukan sekedar perang defensif. Ini adalah perang pembebasan, pembebasan tanah dari penjajahnya,” kata Feiglin kepada kerumunan pendukungnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement