Ahad 16 Jun 2024 09:12 WIB

Sekolah Ramah Anak Wujudkan SDM Papua Barat Berkarakter

Sekolah ramah anak harus diperbanyak di berbagai kawasan.

Ilustrasi sekolah ramah anak.
Foto: Gerakan Sekolah Menyenangkan
Ilustrasi sekolah ramah anak.

REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Akademisi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Papua (Unipa) Doktor Jeni mengatakan, program sekolah ramah anak berdampak positif terhadap upaya pemerintah daerah mewujudkan sumber daya manusia di Provinsi Papua Barat yang semakin andal, berdaya saing dan berkarakter.

Implementasi secara menyeluruh akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (condusive learning community) pada setiap satuan pendidikan, sehingga peserta didik mampu mengekspresikan potensi diri dengan maksimal.

Baca Juga

"Kalau siswa merasa sekolah menjadi rumah kedua, maka semua mata pelajaran bisa terserap dengan baik," kata Jeni di Manokwari, Sabtu.

Pihaknya telah melakukan penilaian terhadap 16 SMA/SMK di Kabupaten Manokwari yang dijadikan sampel pengembangan sekolah ramah anak dengan sejumlah indikator, seperti kebijakan sekolah, proses pembelajaran, dan ketersediaan sarana prasarana.

Adapun 16 SMA/SMK tersebut meliputi SMA Negeri 1 Manokwari, SMA Negeri 2 Manokwari, SMA Negeri 3 Manokwari, SMA Adven Manokwari, SMA Yapis Manokwari, SMA Oikumene Manokwari, dan SMA Taruna Kasuari Nusantara.

Kemudian, SMA YABT Manokwari, SMA IT Insan Mulia, SMA YPK Imanuel Manokwari, SMA Katolik Vilanova, SMA YPPGI Manokwari, SMK Negeri 1 Manokwari, SMK NEGERI 2 Manokwari, SMK NEGERI 3 Manokwari, dan SMK Kehutanan Manokwari.

"Yang paling urgen itu kebijakan tertulis tentang ramah anak untuk mencegah kekerasan terjadi di lingkungan sekolah," ucap dia.

Pelaksanaan Tugas Kepala Biro Kesra Setda Papua Barat Dirsia Natalia Atururi menjelaskan, pengembangan sekolah ramah anak dan ramah gender memerlukan keterlibatan semua pemangku kepentingan dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif. 

Oleh sebab itu, pihaknya melibatkan akademisi FKIP Unipa untuk pemetaan terhadap potensi pengembangan fasilitas pendidikan ramah anak, ramah gender, dan penyediaan lingkungan belajar yang kondusif.

"Hasil pengkajian lapangan kemudian dikemas dalam fokus grup diskusi sehingga bisa menghasilkan rekomendasi," katanya.  

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement