Selasa 05 Mar 2024 16:28 WIB

Petani Lebak Bersyukur Panen Padi tak Terserang Hama

Hasil panen padi yang baik ini menguntungkan petani dan keluarga mereka.

Petani memanen padi di Desa Tambak Baya, Lebak, Banten, Rabu (8/4/2020).
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Petani memanen padi di Desa Tambak Baya, Lebak, Banten, Rabu (8/4/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejumlah petani di Kabupaten Lebak, Banten bersyukur panen padi tak terserang hama penyakit. Dengan begitu, hasil panen padi dapat memenuhi kebutuhan konsumsi pangan keluarga dan peningkatan ekonomi bagi para petani di sana.

"Kami merasa bahagia panen padi relatif bagus dan tidak terserang hama penyakit seperti tahun 2023 hingga puso," kata Hanapi (55 tahun), seorang petani di Kalanganyar, Kabupaten Lebak, Selasa (5/3/2024).

Baca Juga

Areal persawahan di wilayahnya seluas 45 hektare kini memasuki musim panen padi dari tanam awal Januari 2024. Kata Hanapi, panen padi dapat menopang ekonomi, sekaligus memenuhi ketersediaan pangan keluarga.

"Kami tanam seluas satu hektare dengan produktivitas enam ton gabah kering panen (GKP)," kata Hanapi lagi.

Menurut dia, dari produktivitas enam ton GKP itu, di antaranya sebanyak lima ton dijual ke tengkulak dengan harga Rp 7.000/kg. Kemudian satu ton untuk persediaan konsumsi pangan keluarga selama tiga bulan ke depan.

Hanapi menjual GKP sebanyak lima ton dengan harga Rp 7.000/kg, maka bila dikalkulasikan dapat menghasilkan pendapatan Rp 35 juta. Lalu, dari pendapatan itu, ia potong untuk biaya upah serta pupuk Rp 15 juta.

"Kami bisa meraup keuntungan bersih dari panen padi seluas satu hektare Rp 20 juta," ungkap Hanapi.

Begitu juga Sanukri (65 tahun), seorang petani lainnya di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak mengaku, panen padi pada Maret 2024 secara serentak cukup baik dan tidak terserang hama penyakit. Kondisi itu menguntungkan usaha pertanian pangan dibudidayakan mereka.

Sepanjang 2023 lalu, petani di wilayahnya kebanyakan menganggur. Selain serangan hama, juga karena kekeringan akibat kemarau panjang.

"Kami tanam 2023 merugi sekitar Rp 15 juta dengan tanam satu hektare gagal panen akibat hama dan kekeringan," kata Sanukri.

Ia mengatakan, panen padi seluas satu hektare dengan benih varietas unggul jenis Inpari 32 dan masa panen 95 hari setelah tanam. Menurutnya, benih Inpari 32 sangat menguntungkan karena produktivitas rata-rata enam ton.

"Kami menjual hasil panen itu sebanyak lima ton GKP dengan harga Rp 7.000/kg dan sisanya satu ton untuk bekal konsumsi pangan keluarga. Dari penjualan lima ton dapat menghasilkan Rp 35 juta dan dipotong biaya upah pekerja dan pupuk Rp 15 juta, sehingga bisa meraup keuntungan Rp 20 juta," kata Sanukri menjelaskan.

Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan, diperkirakan panen padi pada bulan Maret 2024 seluas 13 ribu hektare dari tanam awal Januari lalu. Panen padi itu semuanya dalam kondisi baik dan tidak terserang hama penyakit, karena curah hujan sangat mendukung untuk areal persawahan tadah hujan.

"Kami meyakini panen padi ini dipastikan bisa memenuhi ketersediaan pangan masyarakat, dan dapat mengendalikan harga beras di pasaran," kata Deni.

Berdasarkan pantauan, masyarakat di pelosok-pelosok desa di Kabupaten Lebak banyak yang menjemur gabah di sekitar tepi jalan raya, jalan kampung, tanah lapang hingga halaman rumah, agar terkena sinar matahari untuk pengeringannya. Petani panen padi secara serentak, sehingga mampu memenuhi ketersediaan pangan keluarga dan dapat meningkatkan pendapatan keluarga mereka.

 

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement