Kamis 29 Feb 2024 20:33 WIB

Balai Bahasa: Tiga Bahasa Lokal di Jayapura Terancam Punah

Bahasa daerah di Jayapura diharapkan diajarkan mulai dari PAUD dan SD.

Warga pegunungan memberikan hak pilihnya pada Pemilu serentak 2024 Sistem Noken di Kampung Algoni, Distrik Piramid, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, Rabu (14/2/2024).
Foto: ANTARA FOTO/ Gusti Tanati
Warga pegunungan memberikan hak pilihnya pada Pemilu serentak 2024 Sistem Noken di Kampung Algoni, Distrik Piramid, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, Rabu (14/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Balai Bahasa Papua menyatakan tiga bahasa lokal di Kota Jayapura yang diprediksi akan terancam punah yaitu bahasa Tobati, Skouw, dan Nafri.

Prediksi itu berdasarkan hasil penelitian yang mengungkapkan makin berkurangnya jumlah penutur ketiga bahasa, kata Widyabasa Madya Antonius Maturbongs kepada Antara, di Jayapura, Kamis (29/2/2024).

Baca Juga

Dari hasil penelitian yang dilakukan Balai Bahasa terungkap penutur ketiga bahasa makin berkurang sehingga dikhawatirkan akan segera punah. Karena itulah pihaknya berharap agar segera ada regulasi, agar ketiga bahasa daerah itu diajarkan di sekolah-sekolah yang dimulai dari PAUD dan sekolah dasar (SD).

Apalagi, Balai Bahasa sudah bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Jayapura menyusun buku pegangan terkait bahasa lokal, misalnya Tobati, agar dapat membantu guru saat mengajar.

Walaupun demikian pihaknya berharap bila nantinya pelajaran bahasa daerah diajarkan maka para penutur yang memang benar-benar menguasai bahasa tersebut dilibatkan sebagai tenaga pengajar mengingat merekalah yang lebih memahami bahasa dan cara penulisannya, kata Anton Maturbongs.

Kepala SD Negeri Kotaraja Dorce Elsye Mano siap menerapkan pembelajaran bahasa lokal di sekolahnya. Pada prinsipnya sekolah siap menerapkan pemberlakuan pembelajaran bahasa lokal, namun harus ada regulasi yang jelas agar dapat menjadi pegangan.

"Dengan diberlakukannya pelajaran bahasa lokal diharapkan jumlah penutur makin banyak sehingga terhindar dari kepunahan," kata Elsye Mano yang mengaku walaupun berasal dari Tobati, namun tidak fasih dalam berbahasa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement