Rabu 03 Jan 2024 16:20 WIB

Memoar Rizal Ramli: Bos IMF Kaget, Orang Indonesia Tetap Senyum Saat Krismon

Rizal kerap mengkritik kebijakan utang luar negeri yang diberikan lembaga asing

Sejumlah Kerabat melayat almarhum Mantan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Rizal Ramli di kediamannya Jalan Bangka IX, Jakarta Rabu (3/1/2023). Rizal Ramli mengembuskan napas terakhir dalam usia 69 tahun di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada Selasa (2/1/2024) malam dan akan dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Jeruk Purut, Jakarta pada Kamis (4/1/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah Kerabat melayat almarhum Mantan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Rizal Ramli di kediamannya Jalan Bangka IX, Jakarta Rabu (3/1/2023). Rizal Ramli mengembuskan napas terakhir dalam usia 69 tahun di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada Selasa (2/1/2024) malam dan akan dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Jeruk Purut, Jakarta pada Kamis (4/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu ekonom senior, Dr Rizal Ramli, berpulang kemarin (2/1/2024) malam. Rizal meninggal dunia setelah dirawat dua bulan di RS Cipto Mangunkusumo. Ia menderita diabetes dan sejumlah komplikasi lainnya. 

Sejak kemarin malam, rumah Rizal di kawasan Bangka, Kemang, Jakarta Selatan, sudah dipenuhi rekan-rekannya yang melayat. Nyaris seluruh pelayat saat itu adalah aktivis sosial politik dan anggota DPR.

Baca Juga

Rizal dikenal sebagai sedikit ekonom yang tetap kritis terhadap rezim yang berkuasa. Siapapun pemerintahannya. Ia sempat mencicipi jabatan Menko Maritim dan Investasi di Kabinet Presiden Joko Widodo. Di dalam maupun di luar kabinet, Rizal ketika itu kerap membuat pernyataan yang tajam terkait kinerja pemerintahan.

Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rizal juga kerap mengkritik kebijakan pembangunan. Terutama utang luar negeri dari lembaga internasional maupun negara asing. Sikap Rizal terhadap keberadaan utang dari Bank Dunia maupun Dana Moneter Internasional (IMF) sangat tegas. Ia cenderung menolak, meski dalam bentuk program yang bermanfaat, ia bisa menerima tapi tetap mengkritik potensi korupsi dalam pelaksanaan proyek tersebut.

Ada salah satu pidato Rizal mengkritik IMF yang cukup terkenal. Ia sampaikan di tengah diskusi kondisi ekonomi Indonesia beberapa waktu lalu.

Rizal membuka kisah, ia bertemu dengan direktur IMF menjelang akhir 1997. “Saya diundang sarapan pagi. Saya ingat waktu itu di Hotel Grand Hyatt.”

Tahun 1997-1998 adalah tahun penting, karena Indonesia terhempas krisis moneter dan ekonomi. Cadangan devisa Indonesia merosot drastis karena terus-terusan membeli dolar AS untuk menjaga nilai tukar rupiah. Di saat itulah pemerintah meminta bantuan lembaga asing seperti Bank Dunia dan IMF. Para ekonom dan pejabat dari dua lembaga itu mulai berkunjung ke Jakarta.

Rizal mengatakan, ia duduk berdua saja dengan direktur IMF. Mereka duduk di dekat jendela hotel, sehingga bisa melihat ke lalu lintas di Bundaran Hotel Indonesia.

Direktur IMF itu, lanjut Rizal, punya kebiasaan jogging. Rute lari nya di sekitar Hotel Grand Hyatt dan Hotel Indonesia, sampai ke belakang kawasan Tanah Abang.

“Rizal, saya heran. Sepertinya tidak ada krisis di sini,” kata si direktur, seperti dikisahkan Rizal.

“Apa maksud Anda?” tanya Rizal, heran.

“Saya tadi pagi berlari ke belakang. Saya bertemu orang-orang yang berjualan di pinggir kali,” kata si direktur, ditirukan Rizal. Si direktur terkejut karena sambutan yang ia terima amat ramah. Warga yang ia temu menyapa hangat dan tersenyum lebar. “Ini seperti bukan krisis ekonomi.”

Rizal langsung menimpali si direktur IMF itu. “Pak, itu memang karakter bangsa kami. Apalagi orang Jawa. Mereka tetap ramah dan tersenyum, walaupun hidupnya dalam kesulitan.” Si direktur pun, kata Rizal, mengangguk-angguk sambil tersenyum. Mengiyakan jawaban Rizal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement