Rabu 01 Nov 2023 16:31 WIB

Golkar Sebut Pencalonan Gibran tak Menabrak Konstitusi

Golkar menilai konstitusi memberikan kesempatan bagi anak muda.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memberikan hasil Rapimnas II Partai Golkar kepada Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Sabtu (21/10/2023). Rapimnas II Partai Golkar tersebut mengusulkan pasangan Bakal calon Presiden dan Wakil presiden pada pilpres 2024 yaitu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memberikan hasil Rapimnas II Partai Golkar kepada Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Sabtu (21/10/2023). Rapimnas II Partai Golkar tersebut mengusulkan pasangan Bakal calon Presiden dan Wakil presiden pada pilpres 2024 yaitu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily mengatakan bahwa tak ada yang salah dalam pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto. Ia pun membantah pernyataan elite Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang menyebut pencalonan tersebut menabrak konstitusi.

"Tidak ada yang menabrak konstitusi, yang ada adalah bahwa Mas Gibran maju sebagai cawapres karena konstitusi memberikan kesempatan kepada anak muda. Terutama bagi warga negara yang sedang atau telah menjadi kepala daerah," ujar Ace di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (1/11/2023).

Baca Juga

"Kenyataannya, faktanya adalah bahwa hasil MK memberikan kesempatan kepada siapapun warga negara yang sedang atau telah menjabat kepala daerah dan telah dipilih oleh rakyat untuk menjadi cawapres," katanya melanjutkan.

Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat mengaku kecewa dengan keputusan Gibran Rakabuming Raka yang memutuskan untuk menjadi bakal cawapres dari Prabowo Subianto. Menurutnya, keputusan tersebut terlalu terburu-buru bagi anak muda seperti Gibran.

"Saya kecewa sama Mas Gibran, bukan apa-apa, dia anak muda, dia anak muda, tetapi dia tidak punya kesabaran," ujar Djarot di kawasan Matraman, Jakarta, Senin (30/10/2023).

Padahal, PDIP memiliki mekanisme kaderisasi bagi sosok-sosok yang potensial menjadi pemimpin. Semua itu juga harus dilakukan berjenjang dari tingkat bawah hingga kursi kepemimpinan nasional.

"Tidak langsung potong kompas karena ada karpet merah, misalnya ya, suka-sukanya ditabrak, ini contoh-contoh yang tidak bagus menurut saya untuk anak muda. Mohon maaf, contoh tidak bagus," ujar Djarot.

"Untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih bagus, ini semangat anak muda. Bukan yang mengharapkan privilege," katanya melanjutkan.

Ia sendiri mengaku gagal sebagai orang yang membidangi Ideologi dan Kaderisasi di partainya. Khususnya setelah kasus pembangkangan Gibran yang kini menjadi pendamping Prabowo.

"Saya gagal, saya bersalah, karena saya ini kan Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi, tugas saya adalah membangun ideologi, membangun kaderisasi, menyiapkan kaderisasi melalui Sekolah Partai," ujar Djarot.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement