Senin 16 Oct 2023 12:23 WIB

Lamella Gravity Settler, Satu-satunya Sistem Pengolahan Limbah Terpadu Modern

Teknologi di Lamella Gravity Settler biasanya digunakan untuk pengolahan air minum.

Pekerja melakukan inspeksi di area Lamella Gravity Settler (LGS) milik PT Vale Indonesia di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan pada 29 Juli 2023. L
Foto: EPA-EFE/MAST IRHAM
Pekerja melakukan inspeksi di area Lamella Gravity Settler (LGS) milik PT Vale Indonesia di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan pada 29 Juli 2023. L

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra

Putu Sudiasna terlihat hati-hati mengambil sampel air di area outlet. Dua tangannya memegang dua wadah seperti botol untuk mengukur kandungan pH air. Kala itu, Putu ditugaskan untuk mengukur tingkat keasaman larutan asam di dalam air (pH) digunakan. "Normal," kata Putu singkat sembari keluar dari lubang pembuangan saluran air.

Baca Juga

Hasilnya memang terbukti, limbah hasil limpasan tambang di bukit area penambangan PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), memang diolah sesuai standar baku mutu.

Dari pH meter yang dipegang Putu, menunjukkan pH di angka delapan sampai sembilan ketika sampel air diambil di saluran akhir atau pembuangan. Alhasil, aliran air yang dilepas menuju Danau Matano sudah seperti air bersih.

Tidak ada bau yang tercium, dan aliran jernih seperti sumber air yang mengalir ke permukiman penduduk. Padahal, sebelum memasuki kawasan pengolahan limbah tersebut, air yang masuk terlihat keruh karena membawa endapan lumpur. Namun, setelah melalui proses penyaringan dan penjernihan membuat air sisa tambang nikel menjadi tidak berbahaya bagi lingkungan.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Tidak lain tidak bukan karena perusahaan pemilik emiten INCO tersebut menerapkan proses pengolahan limbah ramah lingkungan. Prosesnya dilakukan secara ketat dan penuh pengawasan.

Republika.co.id pada akhir Juli 2023, berkesempatan mengunjungi Lamella Gravity Settler atau tempat akhir pengolahan limbah secara terpadu dan terkini. "Ini lokasi pengolahan limbah modern. Satu-satunya di Indonesia," kata Supervisor Mine Infrastructure and Maintenance PT Vale Indonesia, Dian Ekawati.

Dia menjelaskan, perseroan secara keseluruhan memiliki sekitar 100 kolam penampungan (pond) yang tersebar di seluruh area penambangan nikel. Namun, pond di sekitar area tambang pengelolaannya masif bersifat tradisional. Berkat komitmen penambangan berkelanjutan, PT Vale Indonesia pun membangun Lamella Gravity Settler sebagai pilot project pengolahan limbah secara terpadu.

Menurut dia, kawasan tersebut bisa mengolah limbah mencapai 4.000 meter kubik (m3) per jam. Sebelum air memasuki area pengolahan akhir, sambung dia, tabung berisi cairan ferosulfat menetes di area inlet. Dengan begitu, air yang masih tercampur limbah nikel bisa disterilkan atau dipisahkan sebelum memasuki proses pengolahan limbah.

Karena itu, ketika aliran air limbah sudah melewati saluran pembuangan maka dijamin sudah sama kualitasnya dengan air bersih. Bahkan, Dian memastikan, kualitas air hasil olahan Lamella Gravity Settler memiliki pH setara dengan air layak minum yang diproduksi perusahaan daerah air minum (PDAM).

"Ini satu-satunya di Indonesia. Ini yang modern," kata Dian sembari mengajak berkeliling area Lamella Gravity Settler. Menurut dia, petugas rutin melakukan uji baku mutu air yang keluar dari penampungan untuk dialirkan menuju Danau Matano.

Dengan tidak adanya komplain dari nelayan yang menggantungkan hidupnya di danau membuktikan air buangan limbah sudah tidak berbahaya. Dian juga menunjukkan indikator hasil pemrosesan air limbah sudah tidak berbahaya.

Dia menunjuk kolam di seberang yang masih dalam kompleks Lamella Gravity Settler berisi berbagai jenis ikan. Keberadaan ikan yang bisa hidup di aliran air tersebut menandakan memang tidak ada bahan berbahaya atau beracun yang tersisa dari hasil pengolahan limbah.

Selain itu, petugas jaga diwajibkan mengambil sampel air per dua jam secara rutin. Tugas itu dilakukan secara bergantian dengan metode sif pekerja. Tugas memonitoring tersebut untuk menjamin kualitas air yang dilepas ke luar sudah memenuhi standar baku muku.

Langkah itu juga dilakukan sebagai bentuk kontrol agar jangan sampai ada pencemaran limbah akibat kegiatan penambangan nikel. Hal itu menjadi bukti perusahaan dalam mengelola limbah buangan selalu mengedepankan kelestarian lingkungan. Pun semakin meneguhkan perseroan dalam melakukan aktivitas penambangan berusaha tidak merugikan masyarakat sekitar.

"Ini PT Antam saja sampai belajar ke sini. Kami juga rutin mendapat kunjungan dari beberapa perusahaan tambang dan dinas terkait untuk melihat fasilitas di sini," kata Dian membeberkan beberapa instansi penting yang sampai belajar pengolahan limbah terpadu milik PT Vale.

Sementara itu, CEO PT Vale Indonesia Febriany Eddy menjelaskan, pembangunan fasilitas olahan Lamella Gravity Settler merupakan bentuk kepatuhan perseroan terhadap Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel.

Teknologi yang diterapkan di Lamella Gravity Settler biasanya digunakan untuk pengolahan air minum. Karena itu, investasi yang dilakukan perseroan terbilang mahal 6,2 juta dolar AS atau sekitar Rp 95 miliar. "Dan PT Vale Indonesia menjadi yang pertama memanfaatkannya dalam industri pertambangan di Indonesia," kata Febriany.

Dia menjelaskan, pengolahan limbah cair juga diiringi pengecekan kualitas air danau secara reguler bersama lembaga independen. Hasil pengukuran kadar total suspended solid (TSS) dan logam berat Chromium (Cr6+) di Danau Matano dan Danau Mahalona selalu berada jauh di bawah baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah dan American Public Health Association (APHA).

Febriany memastikan, perseroan secara berkala melaporkan kinerja dan isu lingkungan secara regular sejak dimulainya operasi melalui laporan melalui Sistem Informasi Pelaporan Elektronik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Simpel KLHK), serta laporan reklamasi sesuai tata waktu yang ditetapkan dalam peraturan. Laporan tersebut, mencakup bulanan, triwulan, semester, dan tahunan.

"Hal ini kami lakukan untuk memastikan pengelolaan dan pemantauan lingkungan dijalankan dengan baik, secara rutin setiap bulan dilakukan evaluasi kinerja oleh environment committee yang anggotanya terdiri dari manajer senior dan direksi," ucap Febriany.

Head of Comunmunication PT Vale Indonesia, Bayu Aji menambahkan, sejak awal beroperasi, jauh sebelum kebijakan hilirisasi mineral, perseroan telah menerapkan pertambangan terintegrasi. Perseroan tidak hanya menambang bijih nikel, tetapi juga melakukan pemrosesan di pabrik pengolahan.

Kemudian, pada 1979, komitmen keberlanjutan untuk mewujudkan energi bersih telah terlihat dari pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) pertama, yakni PLTA Larona. Pengoperasian PLTA milik perseroan berlanjut pada 1999 dan 2011. Seluruh aset tersebut menelan investasi lebih dari satu miliar dolar AS atau sekitar Rp 15,3 triliun.

Berikutnya, pada 2007 hingga 2023 ini, PT Vale juga terus berinovasi untuk mengefisiensikan penggunaan energi, serta menggunakan energi ramah lingkungan. Tonggak baru pada 2022, kata Bayu, adalah uji coba truk listrik dan pada 2023, melalui peresmian pertambangan terintegrasi Indonesia Growth Project (IGP) Morowali. IGP Morowali akan menjadi tambang pertama yang menggunakan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) sebagai sumber energi.

Selama 55 tahun, menurut dia, PT Vale telah menorehkan beberapa capaian terkait operasi yang berkelanjutan.Capaian yang tak kalah penting, adalah mempertahankan kejernihan air Danau Matano, dan konservasi keanekaragaman hayati di Sorowako, daerah yang dilintasi garis Wallacea.

"Sejak 2015, PT Vale memulai proyek manajemen air limpasan senilai 6,2 juta dolar AS. Proyek ini membangun lebih dari 100 kolam pengendapan, pangkalan waste water treatment, dan fasilitas penjernihan air Lamella Gravity Settler," kata Bayu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement