Kamis 21 Sep 2023 15:56 WIB

90 Persen Kebakaran di Jakarta Disebabkan Korsleting

Kabell tua menanggung beban penggunaan listrik intensitas tinggi.

Petugas pemadam kebakaran bersama warga melakukan pemadaman sisa api lokasi kebakaran di kawasan Petojo Selatan, Gambir, Jakarta, Kamis (24/8/2023). Kebakaran yang melahap rumah padat penduduk itu terjadi pada Rabu (23/8/2023) malam yang diduga berasal dari ledakan kompor gas. Adapun, jumlah warga terdampak mencapai 574 orang yang terdiri dari dari 196 KK dan 152 rumah warga hangus terbakar akibat peristiwa tersebut.
Foto: Republika/Prayogi.
Petugas pemadam kebakaran bersama warga melakukan pemadaman sisa api lokasi kebakaran di kawasan Petojo Selatan, Gambir, Jakarta, Kamis (24/8/2023). Kebakaran yang melahap rumah padat penduduk itu terjadi pada Rabu (23/8/2023) malam yang diduga berasal dari ledakan kompor gas. Adapun, jumlah warga terdampak mencapai 574 orang yang terdiri dari dari 196 KK dan 152 rumah warga hangus terbakar akibat peristiwa tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengungkapkan 90 persen kebakaran yang terjadi di wilayah Ibu Kota disebabkan arus pendek listrik (korsleting).

"Yang pasti 90 persen karena korsleting (hubungan arus pendek) listrik," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji dalam giat pemantauan instalasi listrik di Kelurahan Cengkareng Timur, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (21/9/2023).

Baca Juga

Isnawa menyebutkan, dari Januari hingga September 2023 telah terjadi sekitar 1.000 kebakaran di wilayah DKI Jakarta. Tetapi, ia hanya menerima sekitar 400 laporan kebakaran.

"Dari Januari sampai dengan September (2023) saja, kalau data pemadam kebakaran itu di angka hampir seribu (kebakaran). Kalau di data BPBD 400," ujar Isnawa.

Perbedaan data tersebut, kata Isnawa, karena ia tidak mendata kebakaran kecil yang juga diakibatkan oleh korsleting. Selain itu, ia juga fokus mendata kebakaran yang mengakibatkan korban pengungsi yang membutuhkan bantuan lanjutan.

"Kalau perbedaan data, mungkin kalau ada korsleting sedikit (kebakaran kecil) di damkar sudah masuk angka satu. Kalau di kami kalau belum kejadian mungkin belum kita data, termasuk juga kalau BPBD kan berdasarkan ada data pengungsian, korban pengungsi," kata Isnawa.

Ia sedang memantau dan memeriksa instalasi listrik di 10 kelurahan dengan intensitas kebakaran paling tinggi di DKI Jakarta selama tahun 2020-2023. Salah satunya di Kelurahan Cengkareng Timur, Jakarta Barat (Jakbar).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement