REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan, fenomena El Nino yang menyebabkan kemarau kering dalam jangka waktu lama telah menyebabkan langit Jawa bersih tanpa awan sampai akhir Oktober 2023.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sigit Reliantoro mengatakan, kondisi itu membuat pemerintah tidak bisa melakukan operasi modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan dan meluruhkan polusi udara di Jawa. "Sampai akhir Oktober tidak tersedia awan untuk operasi teknologi modifikasi cuaca," ujar Sigit dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin.
Sigit menuturkan, mitigasi pengendalian pencemaran udara jangka pendek bisa dilakukan melalui teknologi modifikasi cuaca. Namun syarat utamanya harus ada potensi awan yang bisa diturunkan melalui penaburan garam di lapisan atmosfer.
Bila langit kering tanpa awan, maka operasi itu tidak bisa dilakukan. Di Jawa, terutama Jakarta ketersediaan awan tidak ada.
Sigit menuturkan pemerintah saat ini memaksimalkan operasi teknologi modifikasi cuaca di Sumatra karena langit di sana masih ada awan hingga 22 Agustus mendatang.
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan, El Nino tidak memperparah polusi udara dan hanya memberikan dampak nyata terhadap kemarau panjang, terkhusus Jakarta. Menurutnya, meski langit tak ada awan, tapi hujan di beberapa lokasi kemungkinan bisa terjadi, tetapi secara jangka panjang musim kemarau di Jakarta berlangsung sampai akhir Oktober.