REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon presiden (capres) dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto kembali memuji kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, Menteri Pertahanan RI itu menyebut Jokowi punya insting politik yang tajam.
Prabowo mengatakan, insting politik Jokowi yang tajam itu tampak ketika Jokowi mengajak dirinya bergabung dalam Kabinet Indonesia Bersatu untuk menjadi Menteri Pertahanan pada 2019. Padahal, Jokowi dan Prabowo merupakan rival dalam Pilpres 2014 dan 2019.
"Dan dengan kenegarawanan beliau, dengan kepemimpinan beliau, dengan insting politik yang tidak banyak terdapat di elite Indonesia, begitu beliau kalahkan saya, beliau ajak saya untuk gabung untuk bersama-sama melayani dan mengabdi kepada bangsa Indonesia," kata Prabowo ketika berpidato dalam acara ulang tahun dan deklarasi dukungan Partai Bulan Bintang (PBB) di ICE BSD City, Tangerang, Ahad (30/7/2023).
Di sisi lain, lanjut Prabowo, insting pula yang mendorong dirinya untuk menerima pinangan Jokowi itu. Dia menyebut, keputusannya bergabung dengan Pemerintahan Jokowi itu bertujuan untuk masa depan rakyat Indonesia.
"Walaupun saya pernah dikalahkan oleh Pak Joko Widodo tetapi yang penting rakyat Indonesia yang menang," ujarnya.
Prabowo menjelaskan, kepiawaian dan insting politik Presiden Jokowi yang tajam terbukti dengan kinerja pemerintahannya yang mampu mengelola kehidupan politik dan pembangunan ekonomi RI. Salah satu keberhasilan Pemerintahan Jokowi adalah mengatasi krisis pandemi Covid-19 dengan baik dan hilirisasi sumber daya alam.
Dalam acara tersebut, PBB secara resmi mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo Subianto sebagai capres Pilpres 2024. Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra mengajak seluruh rakyat Indonesia mendukung dan memberikan kesempatan kepada Prabowo untuk menjadi presiden RI. Sebab, kata dia, Prabowo punya pengetahuan dan pengalaman mumpuni untuk memimpin republik ini.
"Menurut pendapat saya, dibandingkan dengan calon yang lain yang kita dengar namanya sekarang, beliau adalah tokoh yang jauh lebih mumpuni, lebih mampu untuk memimpin bangsa dan negara kita lima tahun yang akan datang," kata mantan Menteri Hukum dan HAM itu.