Selasa 25 Nov 2025 17:07 WIB

Patrajasa, Rasa Syukur, dan Masa Depan! Pesan Yayasan BSI untuk Wisudawan UBSI di Semarang

Lulusan UBSI sedang berada di titik transisi menuju kompetensi yang lebih tinggi.

Pembina Yayasan BSI (Bina Sarana Informatika), Herman Pratikto.
Foto: UBSI
Pembina Yayasan BSI (Bina Sarana Informatika), Herman Pratikto.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Patrajasa Hotel Semarang punya cara sendiri membuat ruangan terasa seperti halaman terakhir buku. Suara keluarga yang menunggu nama dipanggil, toga yang berkibar kecil setiap kali seseorang lewat, dan senyum yang entah gugup entah lega bercampur menjadi satu, pada Kamis, 20 November 2025.

Di tengah suasana penuh haru itu, Pembina Yayasan BSI (Bina Sarana Informatika), Herman Pratikto, berdiri menyampaikan pesan yang sederhana tapi menohok. Ia tidak langsung bicara soal teknologi, industri, atau persaingan global.

Ia justru memulai dari rumah “Terima kasih kepada seluruh orang tua yang telah mempercayakan UBSI sebagai tempat putra putri Anda menempuh pendidikan tinggi.”

Kalimat itu membuat beberapa orang tua di barisan tengah duduk sedikit lebih tegak. Ada yang menahan napas. Ada yang mendadak sibuk mengusap mata. Herman kemudian mengingatkan, wisuda bukan garis finish. Wisuda hanya gerbang.

Menurutnya, lulusan UBSI sedang berada di titik transisi menuju kompetensi yang lebih tinggi “Kami mendorong para lulusan untuk terus belajar. UBSI kini memiliki dua program pascasarjana yang siap mendukung peningkatan kompetensi lulusan.”

Suara itu terdengar ringan, tapi bagi sebagian wisudawan, mungkin terasa seperti tapak kaki baru di tepi jurang bernama dunia.

Herman lalu membawa ruangan pada refleksi tentang perubahan teknologi. Ia menyinggung mobil listrik, kereta cepat, hingga layanan digital yang mengubah cara hidup manusia dalam waktu yang teramat singkat.

Di balik itu, ia menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi global untuk memperkuat daya saing negeri ini.

Kemudian muncul satu contoh yang membuat ruangan hening penuh bangga. QRIS. Sebuah inovasi yang lahir bukan dari Silicon Valley, tapi dari negeri sendiri.

“QRIS adalah bukti bahwa Indonesia mampu menghadirkan inovasi teknologi berskala internasional. Penggunanya terus meningkat dan sudah dipakai di berbagai negara Asia.” Beberapa wisudawan tersenyum kecil. Mungkin baru sadar, teknologi hebat tidak selalu datang dari luar.

Sebagai penutup, Herman mengembalikan harapan itu kepada wisudawan “Terus mengembangkan kompetensi, beradaptasi dengan perubahan teknologi, dan mengambil peran dalam kemajuan industri digital.”

Ia menegaskan, keahlian yang didapat selama kuliah bukan sekadar tiket kerja, tapi modal untuk menavigasi dunia yang terus berubah.

Setelah sambutan selesai, ruangan Patrajasa kembali riuh oleh tepuk tangan dan kilatan kamera. Toga yang miring dibiarkan tetap miring. Keluarga berdiri bangga tanpa banyak kata.

Dunia digital menunggu di luar gedung, dan para wisudawan UBSI di Semarang hari itu tidak hanya lulus. Mereka sedang resmi diperkenalkan kepada masa depan yang tidak sabar menantang mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement