Selasa 25 Nov 2025 17:16 WIB

Patrajasa Hotel dan Parade Toga yang Mengalahkan Drama Kos, Cerita Wisuda UBSI di Semarang

Wisuda UBSI di Semarang, ia festival kecil dari perjalanan yang penuh jatuh bangun.

UBSI mewisuda 312 lulusan di Kota Semarang, Kamis (20/11/2025).
Foto: UBSI
UBSI mewisuda 312 lulusan di Kota Semarang, Kamis (20/11/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Patrajasa Hotel Semarang sudah riuh bahkan sebelum matahari naik penuh. Lobi hotel dipenuhi toga yang dikepit seperti tas belanja, sepatu formal yang baru dibuka dari kardus, dan orang tua dengan wajah campur aduk antara lega dan takut anaknya jatuh terpeleset di karpet merah.

Wisudawan dari UBSI kampus Yogyakarta, UBSI kampus Purwokerto, UBSI kampus Tegal, hingga UBSI kampus Solo berdatangan seperti rombongan empat cerita hidup yang bertemu di satu titik pada Kamis (20/11/2025).

Di tengah suasana itu, Rektor UBSI Prof Dr Ir Mochamad Wahyudi menaiki podium. Sorot lampu jatuh ke wajahnya, membuat ruangan mendadak tenang seperti halaman buku yang siap dibaca ulang. Ia membuka sambutannya dengan kalimat yang langsung menyentuh

“Hari ini momen bersejarah yang sangat istimewa bagi kita semua terutama bagi para wisudawan yang telah menuntaskan perjalanan panjang dalam menimba ilmu di UBSI sebagai Kampus Digital Kreatif. Wisuda ini bukan sekedar seremoni akademik tetapi juga puncak dari kerja keras ketekunan dan semangat juang yang saudara tunjukan selama menempuh pendidikan.”

Kalimat itu membuat banyak wisudawan mengangguk. Beberapa menarik napas panjang. Ada yang senyum sendiri mengingat malam-malam begadang sambil bilang ke diri sendiri bahwa hidup ini memang capek tapi ya harus jalan.

Rektor UBSI lalu memaparkan gambaran besar wisuda tahun ini “Wisuda Periode Semester Gasal 2025/2026 ini secara keseluruhan diikuti sebanyak 7.850 wisudawan. Sedangkan wisudawan hari ini di Kota Semarang berjumlah 312 wisudawan.”

Lalu dijabarkan satu per satu, UBSI kampus Yogyakarta sebanyak 60 wisudawan, UBSI kampus Purwokerto sebanyak 102 wisudawan, UBSI kampus Tegal sebanyak 113 wisudawan, dan UBSI kampus Solo sebanyak 37 wisudawan.

Nama kota-kota itu seakan membentuk peta panjang perjalanan mahasiswa yang akhirnya menepi di ruangan berkarpet merah ini.

Sambutan berlanjut ke apresiasi yang terasa seperti pelukan dari podium “Ucapan terima kasih yang tulus juga kami sampaikan kepada bapak-ibu, saudara dan para orang tua wali wisudawan yang telah mempercayakan pendidikan putra-putrinya kepada kami.”

Di titik itu suasana berubah pelan. Kamu bisa mendengar suara tissue ditarik dari tas kecil ibu-ibu. Ada ayah yang duduk tegap tetapi matanya berkaca kaca.

“UBSI telah meraih akreditasi perguruan tinggi dengan Peringkat Unggul dari BAN PT. UBSI masuk 50 besar perguruan tinggi top versi Science and Technology Index SINTA Kemdiktisaintek,” singgungnya.

Wahyudi menutup bagian perkembangan institusi dengan nada optimis “Dengan partisipasi aktif alumni kami optimis UBSI akan terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi bangsa dan masyarakat.”

Bagian berikutnya terasa lebih personal ketika ia memperkenalkan wadah baru untuk para lulusan hari itu “Izinkan kami memperkenalkan Ikatan Alumni UBSI. Seluruh wisudawan yang akan diwisuda hari ini secara otomatis menjadi bagian dari IKAUBSI.”

Dan seperti orang tua yang memberi pesan sebelum anak merantau, ia mengingatkan “Kami berharap saudara dapat memberikan kontribusi positif terhadap almamater baik secara moril maupun materil.”

Usai sambutan, suasana kembali cair. Musik mengalun pelan sampai akhirnya pecah ketika Disco’nann naik ke panggung. Kombinasi DJ, biduan dangdut, dan band itu sukses membuat ruangan wisuda lebih hidup dibanding kondangan keluarga besar.

Orang tua menggoyangkan kaki sambil pura pura tidak sadar. Wisudawan saling sikut kecil sambil menahan tawa. Wisuda mendadak terasa seperti festival mini yang kebetulan memakai toga.

Wisuda UBSI di Semarang di Patrajasa Hotel bukan sekadar acara akademik. Ia festival kecil dari perjalanan panjang yang penuh jatuh bangun. Hari itu Kamu bukan hanya mengenakan toga. Kamu sedang menutup satu halaman hidup dan membuka halaman berikutnya.

Dunia mungkin tidak selalu lembut, tetapi hari itu Kamu sudah membuktikan satu hal sederhana yang paling penting Kamu sampai juga sejauh ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement