REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari berbagai survei, elektabilitas calon presiden (capres) Anies Baswedan dari Koalisi Perubahan mengalami anomali karena terus terjadi penurunan. Bahkan, beberapa bulan terakhir, elektabilitas Anies terus tertinggal dari pesaingnya Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto.
Bahkan, khusus di Jawa Timur, Survei terbaru yang dilakukan Arus Survei Indonesia (ASI) menunjukkan, elektabilitas Anies Baswedan tertinggal jauh dibanding Prabowo dan Ganjar. Elektabilitas Anies hanya 8,3 persen. Sedangkan Prabowo Subianto 36,7 persen. Ganjar Pranowo 35,4 persen.
Pengamat politik Yusak Farchan mengatakan, kondisi itu disebabkan dua penyebab. Pertama dikarenakan memang formasi cawapres dari Anies belum definitif. Walaupun disebut sudah mengerucut, belum ada deklarasi resmi.
Kedua, belum ada narasi terkait perubahan yang mereka usung secara lebih detail lagi seperti apa. Hal ini merupakan tugas dari Koalisi Perubahan untuk menjabarkan narasi itu secara lebih detail.
Sebab, ia mengingatkan, ekspektasi publik berharap ada upaya-upaya korektif kepada pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Apalagi, Koalisi Perubahan untuk Persatuan sejak awal memang ingin mengusung semangat perubahan.
Faktanya, lanjut Yusak, dua kali pilpres karena masa jabatan presiden sudah dibatasi dua periode, yang lazim terjadi ada semangat perubahan. Artinya, memang akan selalu ada semangat ingin mengganti presiden baru. "Ini yang harus ditangkap teman-teman di Koalisi Perubahan," ujar Yusak kepada Republika.co.id, Selasa (6/6/2023).