Selasa 02 May 2023 19:57 WIB

Imbauan Damai Kapolri di Hari Buruh, Pengamat: Aksi Buruh Berjalan Kondusif

Kapolri memberi pesan agar aksi dilakukan dengan tertib.

 Aparat kepolisian mengawal rombongan pekerja saat melakukan aksi long march memperingati Hari Buruh Internasional atau dikenal juga dengan May Day di Banda Aceh, Senin (1/5/2023).
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Aparat kepolisian mengawal rombongan pekerja saat melakukan aksi long march memperingati Hari Buruh Internasional atau dikenal juga dengan May Day di Banda Aceh, Senin (1/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan, aksi unjuk rasa memperingati Hari Buruh atau May Day pada 1 Mei berjalan aman dan kondusif.  Di mana ada 116 titik di Indonesia yang melakukan aksi itu.

"Terus perjuangkan aspirasi buruh, laksanakan dengan tertib, laksanakan dengan damai, jaga iklim investasi agar investasi Indonesia menjadi investasi yang ramah. Dan tentunya investor akan berlomba-lomba untuk masuk dan akan membuka ruang untuk meningkatkan kesejahteraan buruh," kata Sigit dalam keterangan tertulisnya, Selasa (2/5/2023).

Baca Juga

Dosen Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (Ubhara Jaya) Ali Asghar mengungkapkan beberapa hal hingga aksi itu berjalan aman dan kondusif. Pertama menunjukan bahwa institusi kepolisian sebenarnya sudah bekerja dengan amanah dan tuntutan sosial. 

"Setelah dua tahun terakhir ada beberapa kasus oknum, Polri merespon tuntutan masyarakat dan survei menunjukan ada peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap Polri. Kepercayaan masyarakat terhadap Polri itulah kuncinya," katanya saat dihubungi.

Katanya, Polisi itu cerminan masyarakat sehingga membutuhkan kepercayaan masyarakat. 

"Nah, kalau kepercayaan dan dukungan masyarakat sudah ada, ini akan membantu kinerja Polri," katanya.

"Jadi dengan adanya tuntutan masyarakat itulah polisi tidak lagi bekerja menggunakan cara-cara kekerasan. Menurut saya itulah salah satu bentuk bahwa masyarakat masih percaya terhadap institusi Polri di tengah rentetan dinamika yang melanda institusi polisi itu," sambungnya.

Kedua, katanya, tidak lagi menggunakan cara-cara tradisional dalam mengamankan aksi-aksi buruh. Ini menunjukan bahwa institusi Polri, khususnya Kapolri mencoba menormalisasikan kritik atau saran terhadap institusi polri ditanggapi secara normal. 

"Bagian dari upaya untuk tidak dimusnahkan. Jadi, masyarakat boleh mengkritik nampaknya dari cara komunikasinya Kapolri itu mencoba menormalisasi kritik dari masyarakat itu. Bisa di lihat Twitter atau media sosial, bahkan para stafnya Pak Hani Suta juga responsif, menampung saran masyarakat. Ini cara komunikasi penting oleh Polri dan harus dilanjutkan gitu," bebernya 

Jadi, menurutnya, sudah tepat yang dilakukan oleh Polri dalam mengamankan aksi. Di mana tidak lagi menggunakan cara kekerasan tetapi juga tidak menurunkan kapasitas dan kapabilitas polisi untuk menciptakan rasa aman di tengah aksi massa buruh. 

Ali menegaskan, pada hari buruh kemarin karena polisinya baik maka massa pun 'welcome'. Pengaman kemarin menunjukan kesedian polisi untuk benar-benar memenuhi ekspektasi masyarakat dalam hal melindungi dan mengayomi. 

"Jadi pengamanan kemarin, Polri menunjukan dia bersedia memenuhi dan memenuhi ekspektasi masyarakat itu," tegasnya.

Kendati demikian, diirnya menilai masih menjadi PR reformatif kunto atau attitude polisi di lapangan. Di mana harus mengurangi 'gap' arahan Kapolri di Jakarta bisa tembus ke anggota di lapangan. 

"Kayak kemarin May Day itu kan isu nasional, sehingga langsung jadi atensi Kapolri langsung. Garis komando nya jelas. Nah di isu-isu harian masih ada gap yang masih menjadi PR bagaimana mengawal arahan Kapolri dengan program presisinya itu bisa dimaksimalkan oleh anggota di lapangan," pungkasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement