Sabtu 01 Apr 2023 18:05 WIB

Siaran TV Analog di Bali Dimatikan, Pedagang Set Top Box Raup Cuan

Salah satu pedagang Set Top Box meraup untung Rp 500 ribu dalam waktu singkat.

Karyawan mengemas set top box (STB) INTI DVBT2 di PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero), Kota Bandung. Penjualan STB di Bali belakangan meningkat menyusul dimatikannya siaran tv analog oleh pemerintah. (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Karyawan mengemas set top box (STB) INTI DVBT2 di PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero), Kota Bandung. Penjualan STB di Bali belakangan meningkat menyusul dimatikannya siaran tv analog oleh pemerintah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pedagang set top box (STB) atau alat penangkap siaran digital di Bali mulai kebanjiran pembeli usai siaran analog dimatikan secara serentak pada pukul 00.00 Wita dini hari tadi. Seperti dirasakan Wayan Sutrisna, pemilik toko elektronik Basis Utama di Jalan WR Supratman, Denpasar Timur, pertama kalinya dapat menjual 50 unit STB dalam waktu kurang dari 5 jam.

"Mulai ada pembeli setelah isu mendekati siaran analog mati, kemarin kan mundur-mundur di Bali, jadi naik turun, hari ini baru pas siarannya mati benar-benar ramai, sudah habis 50 unit, kalau tidak paling 1-2 unit (per hari)," kata dia di Denpasar, Bali, Sabtu (1/4/2023).

Baca Juga

Untuk penjualan STB, pedagang yang telah berjualan sejak tahun 1990 itu dapat meraup keuntungan Rp 500 ribu dalam waktu singkat, apalagi ia memprediksi lonjakan pembeli akan berlangsung selama sepekan. Selama berjualan, ia mengakui tak sedikit pembeli yang kembali datang dan mengeluh karena kesulitan dalam memasang alat tersebut di televisi.

"Cara pasangnya ada yang belum mengerti tapi kami jelaskan. Penggunaannya jadi dari kabel STB itu ada kabel masuk ke TV yang dihubungkan sesuai warna, misalnya video kuning dan audio merah sama putih. Selanjutnya antenanya dimasukkan di STB harus muncul dulu mereknya, masukkan kode pos wilayah, klik berikutnya, scan otomatis," jelas Sutrisna.

Kepada media, pedagang berusia 40 tahun itu menyampaikan bahwa dengan menggunakan STB maka siaran akan semakin jernih dan hingga saat ini setidaknya 30 kanal telah tertangkap di wilayah Denpasar. Sutrisna berharap agar tak ada gangguan pada proses pemasangan dan penggunaannya nanti, terutama di daerah terpelosok, lantaran disayangkan apabila pelanggannya harus kembali ke toko untuk menyampaikan kendala.

Dengan harga Rp 250 ribu per unit, salah satu pembeli di toko tersebut bernama Made Ari (23) mengaku tak begitu mempermasalahkan. "Kalau harganya lumayan sih, tapi kan ini cuma beli sekali untuk dipakai berbulan-bulan dengan kualitas siaran yang katanya lebih jernih. Semoga sih siarannya makin jernih seperti yang dibilang, dan semoga tidak ada kendala saat masangnya nanti," ujarnya kepada media.

Warga Kota Denpasar itu mengatakan telah mengetahui informasi adanya analog switch off (ASO) sejak lama, namun karena tak kunjung terjadi di Pulau Dewata maka ia memutuskan untuk mengundur pembelian.

"Sempat dibilang mau ASO dari awal tahun lalu, tapi tetap kaget karena tiba-tiba siarannya mati soalnya dari tahun lalu rumor terus, saya kira yang bulan ini tidak jadi," kata Ari.

Berbeda dengan Ari, Putu Iriawan (33) menyampaikan perasaan yang cukup terbebani karena harus mengeluarkan dana membeli STB demi menonton siaran sepak bola kesukaannya.

"Agak terbebani harus beli alat baru lagi, harganya sekitar Rp 250 ribu agak memberatkan, tapi harapannya sih lebih bagus lagi siarannya, siaran lebih banyak bisa kalau bisa dapat bola lah, yang dicari sepak bola," tutur Iriawan.

Pada hari pertama penerapan siaran digital ini, wiraswasta asal Denpasar tersebut memutuskan hanya membeli satu unit STB meskipun memiliki lebih dari satu televisi, lantaran dirinya masih ingin mencoba proses pemasangan secara mandiri terlebih dahulu.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement