REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengemukakan capaian deteksi tuberculosis (TBC) mencapai lebih dari 700 ribu kasus pada 2022. Angka ini merupakan rekor tertinggi di Indonesia.
"Temuan rata-rata kasus TBC per tahun di Indonesia sebelum 2022 baru berkisar 50-60 persen atau sekitar 500 hingga 600 ribu kasus yang ditemukan per tahun," kata Mohammad Syahril di Jakarta, Jumat (31/3/2023).
Ia mengatakan, penyakit TBC di Indonesia menempati peringkat kedua setelah India dengan jumlah kasus yang diprediksi berkisar 969 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam. (Data ini memperbaiki data pada berita sebelumnya berjudul, Temuan kasus TBC pada 2022 jadi rekor tertinggi di Indonesia)
Berdasarkan Global TB Report tahun 2022 jumlah kasus TBC terbanyak pada kelompok usia produktif terutama pada usia 25 sampai 34 tahun. Jumlah kasus TBC terbanyak di Indonesia, dialami kelompok usia produktif terutama pada usia 45 sampai 54 tahun. Menurut dia, angka kasus TBC di Indonesia merupakan angka tertinggi sejak penyakit yang mempengaruhi paru-paru tersebut menjadi program prioritas nasional.
"Pendeteksian adalah langkah awal untuk bisa mengobati pasien dengan TBC, sehingga tahun 2022 dilakukan deteksi TBC besar-besaran," katanya.
Syahril yang juga Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso mengatakan pendeteksian tertinggi penyakit TBC berkat adanya komitmen dari pemerintah dan surveilans yang semakin gencar. "Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meminta seluruh jajaran kesehatan untuk memprioritaskan pencarian para penderita TBC, agar 90 persen dari jumlah itu dapat dideteksi pada 2024," katanya.
Syahril mengatakan, Kemenkes sudah membuat protokol yang baru, kerja sama dengan berbagai asosiasi dan organisasi profesi. Termasuk mendorong dana Global Fund yang disalurkan ke provinsi, kabupaten dan kota agar terealisasi lebih cepat.
Untuk percepatan penanganan TBC, kata Syahril, Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama pengendalian TBC dengan United Arab Emirates (UAE) pada 14 November 2022. UAE melalui Nota Diplomatik Kedubes PEA di Jakarta Nomor 1/3/19-281 menyampaikan komitmen Pemerintah Uni Emirat Arab untuk memberikan hibah berupa Financial Aid sebesar 10 juta dolar AS untuk mendukung program pencegahan TBC di Indonesia.
Dia menambahkan, penemuan kasus sedini mungkin dan pengobatan secara tuntas sampai sembuh merupakan salah satu upaya yang terpenting dalam memutus penularan TBC di masyarakat. Angka keberhasilan pengobatan TBC sensitif obat di Indonesia pada tahun 2022 sebanyak 85 persen, sementara angka keberhasilan pengobatan TBC resisten obat di Indonesia tahun 2022 secara umum 55 persen.
Strategi Nasional Eliminasi TBC yang tertuang pada Perpres Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis menginstruksikan penguatan komitmen, peningkatan akses layanan TBC, optimalisasi upaya promosi dan pencegahan TBC, pengobatan TBC dan pengendalian infeksi, pemanfaatan hasil riset dan teknologi.