REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN – Rekaman video amatir soal banjir di Tapanuli Selatan dan Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, jadi viral menunjukkan kayu-kayu gelondongan ikut terseret banjir bah. Warganet mengaitkan hal itu dengan hilangnya hutan di Sumatera sebagai pendukung terjadinya banjir dan tanah longsor yang mendera wilayah Sumatera sepekan belakangan.
Berapa banyak sebenarnya kehilangan hutan di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara? Republika menelusuri pendataan sejumlah pihak terkait hal itu.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik, sepanjang 2021-2022, wilayah Aceh mengalami total deforestasi seluas 5.367 hektare (ha), kemudian Sumatera Utara seluas 5.598 ha, dan Sumatera Barat seluas 5.817 ha.
Jumlah ini meningkat dibandingkan deforestasi pada 2020-2021 yang mana Aceh kehilangan 2.998 ha hutan dan Sumatera Utara kehilangan 3.339 ha. Pengecualian di Sumatera Barat yang deforestasinya lebih luas pada tahun sebelumnya, yakni 6.797 ha.
Sementara Global Forest Watch yang merupakan inisiatif dari World Resources Institute (WRI) juga melakukan pencatatannya sendiri. Lembaga itu mencatat, di Aceh, dari 2002 sampai 2024, terjadi kehilangan 320 ribu hektare (ha) hutan primer basah.
Angka ini menyumbang 38 persen dari total kehilangan tutupan pohon dalam periode yang sama. Area total hutan primer basah di Aceh berkurang 9.0 persen dalam periode waktu ini.
Dari 2001 sampai 2024, Aceh kehilangan 860 ribu tutupan pohon, setara dengan 17 persen dari wilayah tutupan pohon pada tahun 2000 atau setara dengan 38 49 Mt emisi COâ‚‚e.
Pendorong deforestasi terbesar di Aceh adalah permakultur sebesar 740 ribu ha. Sedangkan pendorong gangguan sementara terbanyak adalah perladangan bergilir sebesar 67 ribu ha.
Dari 2021 sampai 2024, 67 persen kehilangan tutupan pohon di Aceh terjadi di hutan alam. Total kehilangan di hutan alam adalah 74 ribu ha, setara dengan 49 Mt emisi COâ‚‚e.
Lihat postingan ini di Instagram