Selasa 21 Mar 2023 07:41 WIB

Tower Gas Rumah Kaca Pertama di Indonesia Diresmikan

Tower memiliki sensor meteorologi untuk pemantauan di tiga titik ketinggian

Rep: Febrian Fachri/ Red: Gita Amanda
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, saat peringatan hari meteorologi dan peresmian tower 100 meter di Stadiun Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Koto Tabang, Sumatra Barat, Senin (20/3/2023)
Foto: Republika/Febrian Fachri
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, saat peringatan hari meteorologi dan peresmian tower 100 meter di Stadiun Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Koto Tabang, Sumatra Barat, Senin (20/3/2023)

REPUBLIKA.CO.ID, AGAM -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, hari ini, Senin (20/3/2023) meresmikan tower Gas Rumah Kaca (GRK) di Stasiun Pemantau Atmosfer Global atau Global Atmosphere Watch (GAW) di Bukit Kototabang, Kabupaten Agam.

Dwikorita menyebut tower ini  dilengkapi dengan sensor meteorologi yang berfungsi melakukan pemantauan di tiga titik ketinggian yakni masing-masing 30 meter, 70 meter, dan 100 meter.

Baca Juga

"Pemantauan GRK dari tower ini, akan memberikan gambaran profil GRK pada ketinggian yang berbeda dan menjadi wujud kontribusi Indonesia pada umumnya dan BMKG pada khususnya dalam program IG3IS. GAW Koto Tabang sendiri merupakan satu dari 30 stasiun jaringan GAW global Badan Meteorologi Dunia (WMO)," kata Dwikorita.

Dwi menjelaskan data Gas Rumah Kaca yang dipantau dari Bukit Kototabang menjadi kontribusi penting sebagai representasi pemantauan dari wilayah ekuatorial tropis. Di mana data yang dipantau melalui tower gas rumah kaca ini akan memberikan profil tren GRK secara menyeluruh dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

"Peningkatan kapasitas pemantauan GRK melalui IG3IS ini akan digunakan lebih lanjut dalam mengembangkan pemodelan untuk emisi GRK sebagai informasi komplementer inventarisasi GRK nasional, utamanya untuk estimasi global stocktake yang mewujudkan salah satu target dari Kesepakatan Paris di tahun 2030," Dwikorita.

Ia menambahkan bukit Koto Tabang sejak dulu memang dinilai proporsional untuk dijadikan lokasi Global Atmosphere Watch. Bukit Koto Tabang menjadi lokasi yang sangat ideal untuk operasional Global Atmosphere Watch.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement